불꽃과의 충돌 (24)

1.5K 236 47
                                    

" Some day, today will all become a memory. It's not easy, becoming an adult. Everyone feels the same way as you lets have strenght. Go back to you, sing a new song of hope like this. Be excited for the world thats waiting for you. Lets run again..."

.......................

'Biarkan memori tersimpan untuk selamanya...'

.

.......................................

(Author **** POV)

Sebuah cerita tak akan selamanya seindah negeri dongeng, bukan juga berakhir kesedihan. sebuah misteri yang belum menemukan jawabannya, perjalanan yang panjang untuk mencapai akhirnya.

Biarkan setiap kisah ini menjadi sebuah memori.

Bisakah?

Diam,

Suasana yang begitu kaku. Dua anak adam yang menjadi isinya. Dibalik kamar berdinding putih dengan bau khas obat menyengat. Bunyi alat medis, dengan ditemani suasana rumah sakit yang begitu berbeda. Tempat dimana perawatan bagi orang yang membutuhkan berlangsung.

10 menit...

Tak ada percakapan diantara keduanya. Sibuk dengan pemikiran masing-masing. Seakan membisu adalah pilihan yang tepat bagi mereka atau bagi 'dia'.

"Tae, bagaimana pipimu. Apakah masih sakit?" tanyanya. Mengingat apa yang terjadi satu jam yang lalu. Saat dimana Luhan menampar pipi Taehyung karena sikap Taehyung yang kurang ajar. Ditambah entah apa yang dikatakan Luhan pada Taehyung tadi.

"Bukan urusanmu!" begitu dingin, begitu sombong. Tak peduli jika ada perhatian kecil yang tertuju kepadanya. Perhatian yang belum tentu didapatkan banyak orang.

Baekhyun tersenyum tipis, cukup memaklumi sikap sang adik yang dusah dewasa ini.

"Jangan membuat Luhan hyung kesal Tae. Kau tahu dia melakukan itu karena dia sayang padamu!" sarannya. Tubuh yang terasa lemah itu sepertinya bukan halangan untuk suara lirihnya, mengingat bagaimana Baekhyun begitu perhatian pada sang adik yang terlihat baik-baik saja. Berbeda seratus delapan puluh derajat keadaannya darinya.

Bukannya merespon, justru Taehyung hanya melengos muka. Enggan menjawab ataupun malah tak ada niatan untuk menjawabnya. Menganggap apa yang dikatakan sang kakak masuk dalam telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

Sifat kurang ajarnya memang sulit dihilangkan.

Tapi, bukan Baekhyun namanya jika dia harus menyerah. Menyerah untuk menyudahi kasih sayang pada adiknya, justru sifat keras kepala Taehyung menjadi penyemangat untuk dirinya. Mengubah sang adik dengan caranya, dan bisa mengintropeksi diri Baekhyun untuk menjadi kakak yang baik bagi adiknya. siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung.

"Sudah makan?" ucapnya. Perhatian yang begitu tulus untuk seseorang yang masih betah dalam keterdiamannya.

"Ne..." jawabnya. Enggan menatap atau mendongakan kepalanya. Tatapan yang ia tujukan untuk lantai terpijak kakinya.

"Bagaimana dengan jadwalmu? Hyung dengar kau akan melakukan project bersama IU."

Mencoba mencairkan suasana, mengulas senyum meski senyum itu tak akan dilirik olehnya. Seakan bibir pucat itu bukanlah penghalang baginya untuk menebarkan senyum manis miliknya.

"Entah..." jawaban yang terdengar ragu.

Membuat Baekhyun mengernyitkan alisnya, menatap sang adik yang masih setia menundukan kepalanya. Jujur, ingin sekali Baekhyun bangun dan mengusap kepala atau memberi usapan di bahu sang adik. Tapi, sepertinya itu hanya sebuah harapan. Menyadari jika tubuhnya kini terasa begitu lemah, tak kuat untuk duduk atau berdiri. Efek obat yang disuntikan dokter sangat ampuh membuat tubuhnya lemas beristirahat. Sepertinya hanya jemari Baekhyun yang bisa digerakan dengan mudah.

The Last Leaf 마지막 잎 [END] ✓  (Brothership From Byun Baekhyun & Kim Taehyung) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang