낙엽 뒤에서 답 (57)

657 84 51
                                    

"Kapan kau akan menggugurkan dirimu? Saat aku hanya bisa meratapi indah hijaumu yang telah menguning. Apakah aku akan seperti dirimu, yang lahir menghijau dan menjadi tua kering lalu jatuh setelah semua proses kehidupan telah selesai aku laksanakan. Lalu, apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Tetap menunggumu gugur atau menghentikan kematian yang akan terjadi padamu, tapi aku bukan Tuhan. Hanya manusia yang masih mengeluh akan keadaan yang terjadi. Aku harus apa?"

.

.

.

........................

(Author **** POV)

Sungguh merepotkan, itu yang dipikirkan pria berkepala rumah tangga ini saat sang istri menangis terisak di depannya dengan banyaknya air mata yang sudah mengalir dengan derasnya. Ketika para suami di luar sana pasti akan khawatir atau malah berusaha menenangkan belahan hatinya, tapi tidak untuk salah satu manusia dari sekian juta ini. Seakan dia adalah pria kuat yang tak menunjukan bahwa dia tak akan sedih atau mennagis melihat istrinya mengeluarkan air mata.

Hingga pada akhirnya dia hanya bisa diam tanpa ekspresi yang berarti sementara wanita yang sudah beberapa tahun menjadi istrinya tak percaya dengan ucapan suaminya kemudian. Rasa sakit itu muncul hingga membuat rasa sesak ingin berteriak marah tapi takut jua lantaran sang suami malah melihatnya begitu tajam. Seakan dia membungkam membisu lantaran perlakuan itu.

"Kau kenapa? bukankah kau ingin memprotes? Lalu apa yang kau harapkan, bukankah anak itu hendak membunuhku kemarin?" seperti menantang dalam ucapannya, kedua tangannya menyentuh pundak si wanita dengan kuat melalui cengkramannya. Bukan hal baik saat mereka berdebat dengan disaksikan beberapa maid yang kasihan dengan nyonya mereka. Ini pemandangan langka lantaran selama mereka bekerja disini tak ada yang membuat keduanya ribut. Hal yang paling mengejutkan saat tragedi dimana persidangan majikan muda mereka yang datang dari Jepang. Seakan mengulang konflik lama itu yang dilihat salah satu pekerja tuan Kim yang hanya bisa menatap sedih atas keributan rumah tangga itu.

Dimana nyonyanya sedang beradu ribut dengan sang suami yang seakan mengacuhkan dirinya. ditambah rasa sedih saat tahu bahwa tuan mudanya hilang diculik dalam keadaan tak sadarkan diri. Berharap semoga kejadian dulu tidak terjadi lantaran, yang ia takutkan saat tuan mudanya Taehyung akan seperti waktu itu. menimbulkan konflik besar dan pada akhirnya tuan muda Taehyung sempat kehilangan nyawanya.

Tapi itu tidak terjadi lantaran seseorang telah menyelamatkannya dan dia pun sudah berjanji untuk merahasiakannya.

"Tuan muda Taehyung, tuan Baekhyun aku takut kejadian lama terulang lagi. Tuan dan nyonya... kenapa kalian harus merasakan hal yang sama kedua kali dalam waktu berbeda. Tuhan kapan perselisihan majemuk ini akan segera berakhir?"

Seperti berdoa dalam hatinya, berharap semua berakhir dengan damai. Tapi, kenyataannya seseorang seperti enggan untuk berubah, dan dia akui itu adalah tuan Kim yang ia hormati.

.

"Kau membiarkan Luhan di bawa penculik itu sementara aku menangis darah untuk memintamu menemukannya?! Dimana hatimu suamiku?!! Dia anakmu, kau sudah menganggapnya anak seperti janjimu, hah!!" Wanita separuh pucat itu mendorong bahu sang suami, dia seakan tertampar dengan sikap suaminya yang terkesan masa bodoh.

Apa yang dilakukannya saat melihat anaknya dibawa orang? bukan main... dia seperti penjahat sekarang.

"Apa kau berani melawanku, kau sangat tidak terhormat karena melakukan hal demikian istriku!" dia seperti membentak tapi dia tak main tangan walau begitu tetap saja sang istri ketakutan setengah mati hanya dengan menatap matanya. ya, dia yang selama ini terbiasa dengan tatapan sayang suaminya seakan mati dengan perilakunya demikian. ini tak wajar itu pikirnya, seakan dia tak mengenal suaminya lagi.

The Last Leaf 마지막 잎 [END] ✓  (Brothership From Byun Baekhyun & Kim Taehyung) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang