"Gue selalu punya sejuta cara, supaya miliki lo seutuh nya. Dengan ini, gue peringatkan bahwa jangan pernah memutuskan pergi. Karena itu sia-sia,"-Ken.
•
Play Now: a thousand years🎶
•••
"Cut! Cut!"
Teriak Dinda untuk yang kesekian kali nya, dengan ekspresi kesal ke arah Vera yang masih mencebikkan bibir nya.
Dinda selaku ketua kelas tampak begitu elegan memakai topi hitam dengan gaya ala sutradara. Buku LKS Bahasa Indonesia ditangan Dinda tergulung rapih, sebagai pengganti alat pengeras suara.
Rea, yang sedari tadi belum masuk kedalam adegan hanya menghela napas panjang sesekali memutar bola mata nya malas. Cewek itu membenarkan rambut nya yang sudah dihiasi. Siapa sangka, Rea yang kalem dan cerewet itu malah menjadi kakak tiri dari seorang Cinderella.
"Heh, Vera.. Ini udah yang ke enam belas kali nya lo ngelakuin kesalahan di adegan. Ya allah, gue jadi pusing sendiri." Omel Dinda seraya memijat pelipis nya, pusing.
Vera semakin kesal, dia melepaskan gaun lusuh yang ia kenakan dari Bu Kantin dengan cepat lalu memperbaiki seragam nya. "Kata nya gue puteri nya, tapi kenapa harus pake baju tambalan gini?! Mana panas lagi!"
Rea yang melihat nya hanya menyengir, menatap kearah Dinda yang terlihat stres.
Dan satu lagi sifat Vera, dia selalu ingin menang sendiri. Sifat tomboy nya mungkin membuat dia bertingkah lebih cenderung ke hal yang jauh dari sifat positif dari perempuan umum nya. Dari kecil, dia selalu mendapatkan apa yang ia mau tanpa pernah merasa kekurangan. Maklumi saja, orang tua Vera adalah pengusaha batu bara yang cabang nya ada dimana-mana. Belum lagi, Vera merupakan anak perempuan satu-satu nya di keluarga nya. Vera memiliki dua orang kakak laki-laki, Adit dan Dimas. Adit, kakak Vera yang pertama itu terkesan seperti Ayah Vera yang cenderung cuek dan tidak mau tahu. Adit saat ini sedang mengejar S2 nya di singapura, dan hanya pulang ketika liburan semester. Sedangkan Dimas lebih cenderung seperti Ibu Vera yang cerewet dan ramah. Saat ini Kabar nya Dimas sedang fokus membantu usaha orang tua nya yang ada di Bogor. Vera sendiri memiliki wajah cantik seperti Ibu nya, namun mewarisi seratus persen sifat sang Ayah.
"Heh, Norak! Lo nggak pernah baca cerita nya Cinderella ya?" Sungut Jaka geram. "Mulut lo ya, udah mau gue bekep sama sepatu gue!"
"Lo kok nyolot, sih?! Ya udah gue gak mau jadi Cinderella aja! Rea sama Cindy yang cuman jadi kakak tiri aja gaun nya bagus banget, udah gitu dialog nya gampang lagi. Tinggal Nyuruh-nyuruh gue terus marah-marah!" Protes Vera keras kepala.
"Vera, cerita nya emang gitu. Tapi nanti pas kamu ketemu sama Joko nya, kamu bakal ganti gaun yang lebih bagus kok." Tutur Rea menenangkan.
"Gue gak mau jadi Cinderella pokok nya." Ujar Vera kekeh, berkacak pinggang lalu meraih segelas teh manis yang disediakan oleh pihak kelas.
Dan begini lah situasi setiap mereka memulai latihan untuk acara drama agustusan. Tinggal 6 hari lagi, tetapi seperti nya mereka tidak bisa mengukuhkan kekompakan. Semua menjadi terasa sulit, belum lagi Vera yang menuntut ini-itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...