Perpisahan, adalah fase dimana kita akan merasakan sebuah kehilangan. Sesekali menangis lalu berusaha saling menguatkan. Memberikan alasan-alasan yang terdengar menyenangkan, aku pergi untuk kembali.
•
Semoga baperrr :))
•
Play now: waktu yang salah-- Fiersa besari ft thantri🎶
•••
Pagi itu bandara Soekarno ramai seperti biasanya. Suara percakapan sana-sini terdengar membisingkan suasana Bandara. Beberapa orang memilih untuk berkumpul, mengantarkan seseorang untuk pergi. Kebanyakan beberapa orang terlihat berat hati, sesekali mengucapkan beberapa nasihat sebelum mengantarkan seseorang yang sebentar lagi akan terbang dari tanah air.
Koper-koper besar berantakan di lantai-lantai bandara. Kursi tunggu di bandara sudah dipenuhi oleh pengunjung, bahkan banyak orang-orang sampai tidak kebagian tempat dan terpaksa berdiri selagi menunggu waktu pemberangkatan pesawat.
Di antara ramai nya bandara, seorang perempuan remaja berdiri dengan sebuah koper berwarna ungu hitam disamping nya. Desi, ibu dari remaja itu menemani anak nya sesekali melempar candaan untuk mengurangi suasana tegang.
Rea tersenyum, terkekeh kecil menanggapi nya.
"Nurut sama Om Radit, ya." Kata Desi, suara nya sedikit parau.
Mendengar nada Desi, Rea berusaha untuk tersenyum. Menahan sesuatu di sudut mata nya, ia tidak mau membuat Desi semakin menangis. Walau tidak bisa dipungkiri, Rea ingin memeluk erat Desi. Rea ingin dunia memberikan sedikit waktu untuk membiarkan diri nya mengatakan beberapa kata untuk Desi, sesingkat kata yang bisa membuat Desi tahu bahwa Rea sangat menyayangi Desi.
"Mama jangan sedih gitu, dong. Rea males, deh.."
Desi memanyunkan bibir, "Reaa, Mama masih kangen!"
"Ma, Rea kan selalu hubungin Mama nanti." tukas Rea meyakinkan.
"Jangan tinggalin Mama," Satu tetes air mata turun dari sebelah kelopak mata Desi, membuat tetesan-tetesan lain saling berlomba-lomba untuk turun dari mata Desi.
Rea mengikis jarak antara nya dan Desi, merangkul Desi yang nyata nya lebih tinggi dari nya. "Dih, Mama masih aja kayak bocah. Rea mana pernah ninggalin Mama, sih?"
Desi menyeka air mata nya beberapa kali, diganti oleh tetesan air mata yang baru. Begitu terus sampai Desi memilih untuk tidak menyeka air mata nya kembali, percuma saja.
"Anggap aja Rea masih ada dirumah, temenin Mama. Kalo Mama kangen pas malam, anggap seolah-olah Rea lagi di kamar. Kalo sore, Anggap aja Rea lagi jalan-jalan di taman. Kalo pagi, Anggap aja Rea lagi sekolah. Mama nggak sendirian, meskipun Rea nggak dirumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...