"Kamu adalah imajinasi, yang termodifikasi menjadi reality."
•
Bersama bintang🎶
•••
"Halo, nyuk!"
Rea sedikit menjauhkan hape nya saat ia mendengar seruan dari seberang telpon yang cukup keras. Cewek itu mengusap beberapa kali telinga kanan nya, kemudian mendekatkan lagi hape nya ke telinga kanan nya.
Rea yang masih berselimut beruang nya itu memilih untuk menyingkap benda itu dan beranjak dari ranjang, mendekati balkon kamar nya dan memutuskan untuk menerima telpon di tempat itu.
"Halo!"
"Halo? Gak usah teriak-teriak kali. Aku juga denger," ucap Rea sedikit menekan suara nya.
"Iya, dah. Hahaha, sori.."
"Kenapa, Ver? Tumben nelpon." tanya Rea.
Dari seberang telpon, terdengar sebuah gemerusuk. Rea menatap layar hape nya, kemudian mendekatkan benda pipih itu ke telinga nya lagi.
"Halo?" suara Rea sedikit lebih keras.
"Bentar, bentar.. Ada yang mau ngomong,"
"Hah? Siap--" Rea mengangkat kedua alis nya, kemudian menghentikan kata-kata nya saat sebuah suara menyapa nya dari seberang telpon.
"Halo, Rea?"
"F-farah?"
Dada Rea berdenyut-denyut, kejadian tempo hari tiba-tiba saja berlarian sekelebat di kepala Rea. Cewek yang masih mengenakan plesteran penurun demam di dahi nya itu terlihat lebih antusias dengan hape nya, ia menggenggam hape nya dengan kedua tangan nya.
"Rey, tadi lo nggak masuk sekolah kenapa?"
"Hh? O-oh, itu.. Iya, aku cuman gak enak badan aja." jawab Rea, terkekeh canggung.
Sama gak enak hati. Tambah Rea dalam hati.
"Gitu ya? Get well son, ya.."
"Iya, makasih." Rea menganggukkan kepala nya. Rea lebih memilih untuk tidak mengungkit kejadian lalu, ia tahu bahwa meskipun Farah terlihat baik-baik saja, cewek itu pasti mempunyai sisi kerapuhan sendiri. Hanya saja, Farah tipikal orang yang sangat tertutup bila menyangkut hal seperti ini. Lagipula, Rea tidak mau membuat Farah harus mengingat kesedihan terbesar nya. Meskipun sejujur nya, Rea sangat ingin tahu bagaimana nasib selanjutnya Farah dan Rendra.
"Oh iya.."
Rea kembali memusatkan pikiran nya, ketika ia mendengar suara Farah yang kini sedikit melemah setelah beberapa menit saling terdiam dibalik sambungan telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Novela Juvenil"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...