"Kata orang, mencintai bisa membuat seseorang menjadi sangat bodoh. Tapi yang aku lihat, kamu cukup pintar untuk membuat seribu satu alasan kembali mu selepas pergi meninggalkan aku."
•••
"Terus Farah nya gimana?" tanya Desi antusias, menatap Rea seraya meraih sebuah kacang kulit dari toples bertutup merah dipangkuan nya.
Rea mengendikan bahu nya, kepala Rea benar-benar pusing saat ini. "Nggak tau, lah. Pihak sekolah masih nggak percaya, mereka belum ambil tindakan."
Desi menahan napas nya, mimik wajah nya jelas menunjukkan kalau wanita itu ikut bersimpati dengan cerita Rea.
Malam ini, acara televisi kesayangan Desi dan Rea tayang lebih lama dibanding hari biasa. Itu lah alasan mengapa mereka masih terjaga selarut ini. Sebenar nya, Rea tidak memiliki mood yang cukup baik untuk menonton televisi. Tetapi menolak ajakan Desi, tidak mungkin. Desi tahu betul bahwa acara televisi sinetron itu sangat Rea sukai.
Saat ini, kepala Rea serasa berputar-putar. Rasa nya disaat ia pulang ke Indonesia, selalu ada masalah yang ia temukan.
Kemudian Rea teringat akan sesuatu, tubuh nya menegang lalu menatap Desi yang masih membuka kulit kacang dengan gigi nya. "Ma!"
"Hm?"
"Kasa kenapa, ya?"
"Hh?" Desi memicingkan mata, sedikit terkejut. "Apa?"
"Iya. Tadi aku tunggu in Kasa ke taman, biasa nya dia kalo sore ada disana. Bahkan sebelum aku ke taman, dia pasti udah ada di situ. Tapi tadi kok nggak ada ya?" Tanya Rea seraya menyentuh pelipis nya, bingung.
"..."
"Apa, dia masih sakit ya?" lanjut nya. Wajah nya berubah menjadi dipenuhi kecemasan.
Desi tersenyum getir, entah apa yang ada dalam pikiran nya. Kali ini wanita itu hanya diam, tidak seperti biasa nya yang selalu antusias mendengar curhatan Rea tentang Kasa.
Merasa diabaikan, Rea menatap Desi kesal. "Ma? Kok nggak di dengerin, sih."
"Di dengerin, kok. Di dengerin." Kata Desi.
"Maaaa.." Rengek Rea, cewek itu menyenderkan kepala nya ke lengan Desi sampai Desi menggerutu.
"Ih, berat!" Desi menggerakkan lengan nya.
"Maa, tanyain kabar Kasa lewat Bunda dong."
Desi menghela napas berat, "Kamu tuh kenapa, sih? Kasa terus. Heran Mama, didepan kamu ada Ken loh. Bukan nya milih Ken, kok malah nyari yang susah."
Rea menegakkan tubuh nya pelan, menatap Desi tidak mengerti. Sesuatu seolah menyengat tubuh nya, "Hah?"
Desi tidak menyahut, melemparkan pandangan nya ke televisi untuk memutuskan kontak mata dengan Rea. Padahal jujur saja kalau Desi tidak terfokus dengan iklan-iklan di televisi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...