"Papa!"
Laki-laki itu menoleh, menghentikan aktivitas mengetik naskah cerita yang ke-duabelas miliknya. Kemudian ia tersenyum sebentar, sampai tubuhnya benar-benar menghadap ke seorang bocah laki-laki tampan dengan usia sekitar 6 tahunan yang menyembulkan kepalanya ke celah pintu tempat kerja sang Papa.
Kasa, laki-laki yang sudah hampir mencapai kepala tiga itu masih sama seperti beberapa tahun lalu. Hanya saja ia sudah memangkas rapi rambut depannya yang biasa menutupi sebagian wajahnya, wajah Kasa berseri-seri menatap putera semata wayangnya itu.
"Gema, kamu jangan gangguin Papa."
Dari luar, sekitar beberapa langkah dari Gema, Kasa bisa mendengar suara Ria yang tampak kesal dengan tingkah Gema yang akhir-akhir ini sangat aktif untuk anak seumurannya.
Gema berlari cepat kearah Kasa, meminta pelindungan kepada laki-laki yang sudah menangkap tubuh gambil Gema dengan riang. Beberapa kali Kasa menciumi pipi Gema, sampai Gema tertawa kegelian.
"Ada monster! SOS! SOS! Dari markas satu, Gema masuk. Ganti!" Dengan imajinasi nya, Gema menceracau sambil menatap ke sekeliling dengan tatapan waspada. Gema menekan-nekan jam tangan berwarna hijau dengan gambar ben ten nya, seolah sedang berkomunikasi rahasia lewat jam tangan yang bisa mengeluarkan sinar merah itu.
"Dari markas dua, Papa ganteng masuk. Kondisi berbahaya, Monster cantik segera datang! Ganti!" Kasa ikut berceloteh, membuat Gema semakin semangat membalas.
"Gema, ih! Di bilang in apa sama Mama? Jangan ganggu Papa. Dibawah ada Oma, tuh. Kasian kan sendiri ditinggal sama Gema?"
Ria berkacak pinggang, setibanya di daun pintu. Gema meronta di pangkuan Kasa, berusaha menjauhi lagi dari Ria yang terlihat sebal.
Wanita dengan rambut sebahu dan berkulit putih itu beralih menatap seisi ruangan kerja Kasa yang berantakan--kertas-kertas berserakan bahkan satu komputer masih dibiarkan tetap menyala. Dua cangkir kopi hitam yang sudah tandas dibiarkan diatas meja, benar-benar sudah seperti kapal pecah.
Kasa meringis saat tahu bahwa Ria sedang mengamati isi ruangan nya, "Nanti aku beresin, hehe."
"Kamu tuh, di bilangin kalo abis kerja ya beresin!" omel Ria, wajahnya terlihat garang.
Gema merengut, memeluk Kasa. "Jangan marahin tim markas dua, dong."
Kasa terekeh-ekeh, mengelus pucuk kepala Gema. "Mama nggak marahin Papa, tau. Gema nggak denger apa kata Mama tadi?"
"Apa?" tanya Gema.
"Tadi itu Mama lagi ngucapin sayang ke Papa, tau."
"Emang iya?"
"Mama pake kode, sayang. Kamu nggak akan ngerti,"
Gema berbinar-binar, bertepuk tangan semangat. Bocah laki-laki itu melompat dari pangkuan Kasa, berlari berhambur ke pelukan Ria.
"Mama, ajarin Gema kode-kode rahasia yaa!" Rengek Gema, menarik-narik baju yang Ria kenakan. "Boleh ya, Ma?"
Ria menatap Kasa garang, "Papa kamu tuh ngada-ngada. Gema mending mandi sana!"
"Nggak mau!"
"Gema nggak mau nurut sama Mama?!"
Kasa menahan tawa nya, melihat Ria yang begitu greget melihat tingkah Gema. Wanita itu, selalu cantik dimatanya. Meski bagaimanapun keadaanya.
Gema menjadi sedikit mundur, lalu cemberut. "Mama ngeselin!"
"Eh, kok malah gitu?"
"Biarin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...