[20] The true fact

1K 75 2
                                    

"Jangan katakan 'tidak' ketika waktu nya aku berkata Cinta. Karena, hanya ada dua opsi yang bisa kamu pilih, antara 'Iya' dan 'belum'."

•••

Rea menyedot minuman chocho-jelly nya tanpa ekspresi, sembari mengayun-ayunkan kedua kaki nya bergantian yang memang tidak sampai untuk mencapai tanah rerumputan dari kursi taman. Cewek itu gelisah, setelah kemarin mendapat penjelasan mengejutkan tentang Kasa. Rea baru tahu, Kirana adalah single parent seperti Desi. Selama ini, Rea lebih fokus dengan Kasa hingga tidak menyadari bahwa ia belum pernah melihat bagaimana wajah ayah dari Kasa. Sebelum nya, Rea pikir bahwa Ayah Kasa adalah seorang laki-laki karir yang sedang mengurus pekerjaan nya di luar negeri.

Rea seperti bahwa diri nya ada dialam mimpi, mengira bahwa ini tidak pernah terjadi. Tetapi kenyataan lagi-lagi menampar nya, Rea sadar bahwa ini sudah menjadi sebuah takdir.

Segelas plastik dengan tanda 'M' di badan gelas minuman nya telah tandas tidak tersisa, Rea melempar gelas bekas minuman nya ke tempat sampah yang ada di setiap samping kursi taman.

Rea menjadi tidak berani melihat wajah Kasa, ia masih merasa bersalah dengan cowok itu. Rea sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kasa ketika cowok itu tahu tentang penyebab kematian Ayah nya. Mengingat cerita Kirana tentang kedekatan Kasa dengan Farell dulu, Rea semakin merasa bersalah.

Tuk

Sebuah tongkat dengan garis merah dan putih, disusul harum parfum Vanila yang membuat darah Rea seketika berdesir.

Kasa terkekeh sendirian, merasa bahwa sudah mengejutkan Rea dengan muncul tiba-tiba dari belakang dengan ujung tongkat diatas kepala Rea.

Mendengar Rea tidak tertawa atau mengomel seperti biasa nya, Kasa mulai menghentikan tawa nya dan melompat dari belakang kursi ke hingga dalam beberapa detik saja Kasa sudah duduk disamping Rea.

Heran, cowok tunanetra itu seolah adalah ahli akrobat.

"Lo kenapa, dah?" Tanya Kasa usil, sekaligus jenuh karena tidak ada percakapan diantara mereka berdua sejak tadi.

Rea menggeleng, "N-nggak, nggak ada apa-apa."

"Lo masih mikirin omongan gue yang waktu itu?"

"Apa?"

"Gue ngelarang lo suka sama Ken." Ujar Kasa gemas, heran saja kenapa mendadak otak Rea menjadi selemot ini.

Rea ber-oh ringan, "Enggak, aku nggak mikirin apa-apa."

"Lo tu, bilang aja kalo lo Baper kan pas gue bilang gitu?"

Rea menatap kearah Kasa malas, lalu memukul lengan Kasa geram. "Apa, sih! Sok tau,"

"Iya, kan?"

"Enggak, Kasaa!" Seru Rea jengkel. "Males, deh."

"Iye, gue juga males sama lo." balas Kasa tidak mau kalah, terkekeh pelan.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang