"Ketika engkau mempersembahkan pada ku sebuah penyesalan, engkau yakin kan aku bahwa segala nya tak kan terulang. Tetapi kenapa, janji mu hanya sebatas bayang-bayang? Segala nya hilang laksana di tenggelamkan nya ribuan ilalang."
•
Mungkin-Melly Goeslaw🎶
•••
"Balikin es teh gue, Jokooo!" Teriak Vera nyaring sambil berusaha melepaskan sebelah sepatu nya, lalu mengangkat sebelah sepatu kets berbahan kulit nya tinggi-tinggi dan mengarahkan nya ke seorang cowok yang sedang berusaha kabur dari hadapan nya dengan segelas plastik teh yang masih utuh.
Vera lalu menurunkan tangan nya yang masih memegang sepatu, lalu melempar nya ke bawah dengan wajah merengut. Cewek itu menyumpah serapahkan Jaka yang sudah tidak terlihat lagi, sambil mengenakan kembali sepatu nya asal.
"Punya pacar, nggak ada bener-bener nya!" geram Vera pada dirinya sendiri.
Cewek itu kemudian memilih duduk di kursi nya, selagi menunggu Rea yang tadi pergi ke kamar mandi.
"Rea kemana aja, sih? Nggak ada waktu buat nyalin tugas nih, dia kalo gue harus nunggu dia kelamaan." dengus nya, mata nya mengarah ke sebuah buku yang ia cari diatas meja Rea.
Sebuah buku sastra, Vera yakin kalau Rea pasti sudah mengerjakan tugas Sastra itu. Tangan Vera terulur, meraih buku itu sembari bersenandung kecil.
"Reeey, pinjem buku nya buat nyalin tugas!" Ujar Vera meminta izin dengan suara pelan kepada dirinya sendiri. "Oke, nggak apa-apa. Kamu kan baik banget sama aku, pinjem aja. Kalo mau, ambil aja nggak usah dibalikin," Lanjut nya lagi dengan gaya mirip Rea lalu tertawa pelan.
Tetapi tawa nya terhenti saat jemari lentik nya membuka halaman buku itu, selembar amplop putih ber-almameter sekolah yang sempat ia lihat sebelum Rea cepat-cepat menyimpan nya tadi.
Entah dorongan apa, Vera merasa ingin mengetahui isi amplop itu. Padahal sebelum nya Vera adalah tipikal cewek yang acuh dan nggak mudah merasa ingin tahu. Tapi ini berbeda, rasa nya kepala nya dipenuhi oleh berbagai tanda tanya.
Vera menyapu pandangan nya keseluruh kelas, masih belum ada tanda-tanda kedatangan Rea. Cewek itu langsung menyobek ujung amplop dengan jemari nya, membuka surat yang ada didalam amplop itu.
"Apa ya?" gumam Vera seraya membuka lipatan surat itu tidak sabar.
Satu detik, dua detik, tiga detik.
Vera masih berada di posisi nya, tidak bergerak sama sekali. Hanya kedua bola mata nya yang bergerak mengikuti huruf demi huruf di surat itu.
Tiba-tiba saja, Vera meremas surat itu sampai berbentuk bola tidak beraturan. Mata nya memandang kosong, ia tidak percaya. Saat itu juga, untuk yang pertama kali nya Vera malah berharap ia buta untuk sementara. Rasa nya ia menyesal telah lancang membuka surat itu, surat yang berisi pernyataan bahwa Rea sudah resmi telah keluar dari SMA Cempaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...