"Kata orang, cemburu itu ibarat api. Padahal sejati nya adalah angin, yang bebas terbang ke langit tanpa takut untuk padam. Menggugurkan dedaunan harapan dari ranting kehidupan."
•••
"CURUT, LAMA AMAT SIH!" Teriak Vera keras, wajah nya sembab kemerahan. Wajah nya menegas, berkacak pinggang marah seperti ibu kos yang sedang menagih uang kontrakan.
"Sabar, beb. Sabar," Sementara itu, Jaka yang mengenakan jaket abu-abu dan masih lengkap dengan helm motor nya mengusap bahu Vera bermaksud untuk menenangkan.
Rea meringis, apalagi ketika melihat Dinda, Cindy, Adam, Reno, Wati, Dion dan teman sekelas lain nya yang memenuhi pekarangan rumah nya. Sampai-sampai Desi terlihat kewalahan menyiapkan minuman untuk mereka, mengingat Desi sudah terbiasa menyiapkan sesuatu sendiri tanpa bantuan Asisten Rumah Tangga.
Belasan gelas sirup merah rasa kelapa sudah tandas, tidak tersisa setetes pun. Hanya ada beberapa yang masih berisi, itu pun hanya seperempat saja.
"Ya ampun, Ini ngapain kesini?" Tanya Rea masih Shock.
Desi keluar, membawa nampan air sirup kelapa kembali untuk yang ke sekian kali nya. Wanita itu hanya tersenyum lebar, lalu menyeru ramah.
"Hayo, yang tadi mau nambah minum nya?" Seru nya, lalu mengangkat nampan nya sedikit lebih tinggi. "Abis ini Tante bawain biskuit sama Wafer, ya!"
Jaka yang tadi nya berada di samping Vera, lalu bergerak paling cepat mendekati Desi. Cowok tinggi itu melepaskan helm nya dan melempar benda itu asal, hingga tidak sedikit membuat beberapa terkejut. Jaka menyingkirkan tangan-tangan yang hendak menyentuh nampan ditangan Desi, merebut nampan sirup itu dengan senyuman khas.
"Tante pasti capek, deh. Biar Joko bantuin ya,"
Vera nyinyir, memutar bola mata nya. "Halah, lo mau bantuin apa? Bisa apa?"
"Bantuin ngabisin sirup nya, Haha.."
Wati tertawa paling keras. Cewek yang asli nya pendiam itu, memang akhir-akhir ini berubah menjadi heboh bila melihat Jaka. Ia begitu antusias ketika ada Jaka, semenjak Jaka mengalami modifikasi style di pementasan drama Cinderella dulu.
"Diem lo, Ti!" Gertak Dion, menyenggol cewek disebelah nya itu yang seakan tidak perduli.
"Sirik aja, lo!"
"Lah? Bacot nih anak, mau gue gampar?!"
"Eh? Ayo, kapan?!"
"Sekarang di Kasur."
Duk!
Wati merasakan kuping nya memerah, cowok bertubuh tinggi tegap dengan kulit sawo matang itu menggaduh ketika mendapatkan sikutan dari Wati. Dion memegang perut nya, dengan sedikit merintih.
Wati berlari kecil kearah Jaka, menjauhi Dion dan seolah meminta perlindungan dengan Jaka.
"Wat, lo mau mati?" Jaka bersuara, menjaga jarak dari Wati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction"Kasa, Hati kamu sebuta mata kamu ya?" Rea menyeka air mata nya yang turun, memejamkan mata nya seolah enggan menatap laki-laki tunanetra didepan nya. Kasa tersenyum tipis, beranjak dari kursi panjang ditengah-tengah taman yang mereka duduki. "Gue n...