Samudera Warjana

884 66 4
                                    

Samudera melangkahkan kaki dengan bersiul, hari ini adalah hari perpisahan Samudera dan kawan-kawan sepermainan bulu tangkis dengan seorang Angkasa. -begitu penuturan teman-teman mereka.

Tetapi beda niat dengan Samudera, ia ingin mengajak Asa ke rumahnya, ia ingin mengobrol ria dengan sahabat lamanya. Kini dirinya sudah memasuki area lapangan.

"Lama lu!" celetuk Pandu dengan melempar kacang. "Ya maaf, macet di jalan," cengir Samudera.

"Pala lo macet! Orang lo ke sini bisa jalan kaki!" semprot Tasya. "Ya maksudnya kaki gue yang macet," cengir Samudera lagi dan lagi.

"Serah si kutu aja deh," ujar Pandu. Samudera mengedarkan pandangannya ke arah lapangan.

"Asa lagi main noh sama Gerald, tapi sumpah dia kayak bukan Asa yang kita kenal." Penuturan Setya membuat tatapan Samudera langsung tertuju ke arah lapangan, ia pun duduk di samping Setya.

"Iya, dia kayak apa ya? Antara linglung sama gimana gitu," ujar Rena bergabung. "Lo tahu gak kenapa tuh bocah?" kini Adi yang bertanya.

Samudera berpikir, memang Asa memiliki masalah apa? Terakhir berhubungan dengan cowok itu Samudera pikir dia baik-baik saja.

"Gue gak tahu, mungkin lagi bawaan mood," jawab Samudera. "Enggak mungkin, daritadi dia diem, kalau ditanya jawab seperlunya, kalau dirusuhi cuma biasa, terus kalau ada sesuatu dia cuma ketawa bentar."

Penjelasan menyeluruh dari Rea membuat Samudera curiga. Bukan curiga Rea suka Asa, tapi curiga tentang perkataan Asa yang sempat menyinggung Ata.

"Duh, otak kamu terlalu pinter sampai harus mengawasi Asa sebegitu detail," ujar Pandu. "Bilang aja cemburu kalau pacar lo ngawasi yang lain, iye 'kan?" ledek Samudera.

Kemudian, ledekan-ledekan silih berganti memberondong Pandu yang menatap sinis ke arah Samudera.

Tiba-tiba Asa keluar lapangan diikuti Gerald.

"Gue duluan ya," pamit Asa. "Mau kemana?" tanya Tasya. "Mau pulang." Senyum singkat sempat Asa perlihatkan.

Samudera tergerak berdiri.

"Gue duluan juga ya!" pamitnya.

"Lo baru datang ogeb!" seru Pandu yang mendapat sentilan di dahi dari Rea. "Biarin aja, dia mau nyusul Asa."

Samudera tersenyum lalu langkahnya ia lebarkan menuju Asa yang ingin keluar parkiran.

Samudera mencegat sepeda Asa.

"Ada apa an?" tanya Asa. "Mampir ke rumah dulu dong bos, empat hari lagi kan lo mau ke Pekanbaru," ujar Samudera.

"Besok aja ya? Gue mau pulang, capek." Samudera berdecak, ia tahu kalau Asa berusaha menghidar.

"Walaupun kita terpisah oleh keadaan selama lima tahun, itu tetep gak mempan kalau lo mau bohong ke gue," jawab Samudera santai.

Kini wajah Asa melunak. "Ya udah, cuma dua jam," jawab Asa. "Yoi bro, nyokap juga lagi buat kue. Gue nebeng ya?" Asa mengangguk, kemudian Asa segera menuju rumah Samudera.

***

Sesampainya di rumah Samudera, Asa sudah dibombandir berbagai pertanyaan oleh Bunda Samudera. Tentang kabar dirinya, kabar keluarganya, prestasinya, kenapa dia gak pernah main? Dan masih banyak lagi.

Samudera bersyukur karena sang bunda tiba-tiba mendapat panggilan dari temannya bahwa temannya sudah ada di luar. Tak lama kemudian, sang bunda berpamitan untuk pergi ke acara temannya.

"Sorry ya kalau lo tadi pusing jawab pertanyaan nyokap." Asa tersenyum, Samudera bisa lihat itu. "Santai aja kali, kalau lo ke rumah gue juga lo bakal keteteran sama pertanyaan nyokap."

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang