Berusaha

846 71 4
                                    

Asa kembali ke rumahnya setelah sholat subuh di rumah Samudera, kemarin dia menginap di rumah sahabatnya itu karena terlalu banyak bermain dan bercanda.

Tai banget si Sam. Batin Asa.

Tiba-tiba dia teringat kejadian tadi malam, kejadian dimana ia, Ata dan Samudera membeli sate. Kejadian ketika Samudera berusaha memanas-manasi dirinya. Dan hasilnya sangat memuaskan, Asa panas dengan perbuatan Samudera.

"Kamu mau kemana lagi Sa?" tanya Sang Ibu. "Mau ke sekolah Bu," jawabnya.

"Lah? Bukannya kamu udah gak sekolah sampai lomba ya? Harusnya kamu istirahat juga," ujar Sang Ibu.

Tiba-tiba Qinar menyaut. "Mana betah Abang di rumah Bu, bawaannya ke sekolah mulu," ledeknya, Asa mendelik.

Seakan paham, Sang Ibu tertawa kecil. "Ata ya? Kamu mau ketemu dia?" tanya Sang Ibu. "Yaya dong, mantan oh mantan, kenapa engkau masih menghantui!"

Tangan Asa bersiap mengacak-acak Qinar sebelum Ayahnya datang.

"Jangan kesel gitu Bang, 'kan tebakannya Ibu sama Qinar bener." Nah ini, Asa selalu sebal ketika Qinar sudah membahas Ata, pasti kedua orang tuanya akan mengompori.

"Kok Ayah malah ikutan," ujar Asa.

"Ya habisnya fakta, kapan Ata kamu bawa main ke sini lagi, Gibran kangen kayaknya," goda Sang Ayah.

"Gib, kangen Kak Ata gak?" tanya Qinar pada Gibran. Gibran mengangguk semangat. "Kangen! Aku mau main sama Kak Ata. Kapan dia ke sini ya?"

"Tanya ke Bang Asa aja, suruh bawa Kak Ata ke sini." Kilatan menggoda jelas terlihat di mata Qinar.

Banyak bersabar, inget dia adek durhaka. Sabar. Sabar. Batin Asa.

"Udah jangan goda Abang, kasihan, mending kita makan!" ajak Sang Ibu.

Kemudian, Asa beserta keluarga memilih makan, seusai itu semua berpamitan pada Sang Ibu yang notabennya ibu rumah tangga.

Asa berangkat menaiki motor kesayangannya, Qinar berangkat dengan Sang Ayah.

"Bang! Salam ke Kak Ata yoo!" teriak Qinar. Asa berdecak, ia mengarahkan jari tengah pada adiknya itu.

Bukannya marah atau melapor Sang Ayah, Qinar malah terbahak.

Dasar, adek durhaka. Udah tahu gue mau move on, malah tuh bocah godain mulu. Batin Asa.

***

Banyak yang bertanya, mengapa Asa memilih masuk bukannya di rumah saja? Namun, Asa hanya tersenyum tak ingin menjawab, kecuali dengan Nando tentunya.

"Katanya mau move on, tapi curi-curi pandang," sindir Nando. "Gue gak lagi curi-curi pandang ke Ata," ujar Asa.

Nando tertawa. "Lah? Pede banget kalau saya ngomongin situ? Saya lagi ngomongin kucing di depan noh, katanya mau move on tapi curi-curi pandang ke mantan. Masnya kok sewot? Kesindir ya?"

Skakmat.

Asa terdiam tak berniat menjawab ucapan Nando, ia memilih memainkan ponselnya. Kelas sedang lenggang karena guru rapat, padahal mereka sudah kelas dua belas dan beberapa bulan lagi sudah UN.

"Gue mau nanya sama lo Sa," ujar Nando. "Hm?"

"Gue punya temen nih. Temen gue punya gebetan, mereka deket banget kayak pacaran, karena salah paham, mereka bertengkar."

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang