Kembali

878 69 6
                                    

Asa menatap laptonya dengan tersenyum, kali ini ia akan video call dengan Nando, Rani, Samudera, dan Ata. Ah, Ata, mengingatkan Asa tentang keberangkatannya ketika di bandara.

Asa melirik jamnya berkali-kali. Dimana Nando, Rani, dan Samudera? Katanya mereka akan ke sini, memang ya dua sejoli dan sahabatnya itu harusnya tak Asa percaya.

Decakan kecil muncul dari mulut Asa.

"Kamu nunggu siapa Bang?" tanya Ibu.

"Nando, Rani, sama Samudera Bu," jawab Asa.

"Kak Ata ke sini gak Bang?" tanya Qinar. "Mana gue tahu," jawab Asa cuek.

Tak lama kemudian, terlihat Nando dan Rani yang cengengesan. Di belakangnya ada Samudera.

Cocok emang mereka. Batin Asa.

Ia merasa bangga sejenak telah menjodohkan sahabat dan sepupunya itu. Ketika Asa melihat Nando dan Rani, tubuhnya menegang saat ada gadis di sebelah Samudera.

"Wuih, Kak Ata dateng Bang!" seru Qinar dengan semangat. "Iya tahu gue," jawab Asa.

Rani memeluk Asa ketika berada di depannya. "Hueee! Maafin ya kalau telat, tadi ada urusan. Huee! semangat Asa, semoga lo menang. Huee! bakal kangen lo!" ujar Rani lebay.

Ia memeluk Asa dengan erat dan juga mengucap salam perpisahan yang menurut Asa sangat panjang, lalu Rani melepas pelukannya.

Kini giliran Nando yang memeluk Asa.

"Doa gue udah diwakili sepupu lo, pokoknya sukses ya nyuk!" ujar Nando singkat, namun bermakna. Asa mengangguk dan balas memeluk Nando.

Lalu, tanpa aba-aba Samudera memeluk Asa.

"Gila! Kalau menang traktiran lo!"

"Lo gak ada ucapan semangat apa gimana gitu? Malah minta traktiran!" ujar Asa. Kini, Samudera tertawa.

"Gak ada, gue udah bawain doi lo tuh, harus banyak terima kasih lo ke gue," bisik Samudera seraya melepas pelukan.

Kini Asa berada di hadapan Ata yang menunduk, memandangi sepatu adidasnya. Asa tersenyum.

"Kayaknya sepatu lo lebih menarik daripada gue ya?"

Ata mendongak, tatapan mereka bertemu, Asa tersenyum teduh ke arah Ata.

"Gue udah lihat video lo, lucu."

Pipi Ata bersemu, membuat Asa tersenyum miring. "Lo gak mau mengucap sepatah kata buat semangatin gue gitu?"

Ata diam, membuat Asa berdecak.

"Lo jauh-jauh ke sini cuma buat ngelihatin gue?"

"Ngomong kek Ta, jangan kayak patung hidup!" seru Asa kesal.

"Semangat," ujar Ata lirih yang membuat Asa melongo. "Udah? Gitu doang Ta? Ya Allah Ta, kalau cum--"

Ata memeluk Asa, membuat kekesalan Asa hilang semua digantikan rasa yang aneh.

"Semangat, semoga berhasil, gue selalu doain yang terbaik buat lo."

Asa melunak, ia membalas pelukan Ata, lalu saat Ata akan melepas pelukan, Asa malah mengeratkannya.

"Biarin gini dulu, gue ... Kangen."

Asa menenggelamkan kepalanya di pundak Ata. "Makasih," ujar Asa.

"Makasih buat?"

"Makasih buat jadi seseorang yang berharga dalam hidup gue," ujar Asa, ia melepaskan pelukannya dan tersenyum tulus ke arah Ata.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang