Prolog

5.7K 216 4
                                    

Matahari menghentakkan kaki dengan kesal, itu dikarenakan adik laki-lakinya yang meninggalkan Matahari, membuatnya harus menaiki busway untuk ke sekolah.

"Dasar adik durhaka, mentang-mentang ini hari pertamanya di SMA, jadi seenaknya ninggalin kakaknya gini," gerutu Matahari atau Ata dengan kesal.

"Lihat aja, gak bakal gue kasihin tuh PS-nya." Ata terus menggerutu, ia tak tahu gerutuannya mengakibatkan seseorang terbangun dari tidurnya.

"Berisik," ujarnya sarkas membuat Ata menoleh. Ia melirik seseorang itu dengan penasaran, sebab wajahnya tertutupi oleh topinya.

"Gak usah segitu ngelihatnya, nanti gamon." Angkasa membuka topinya dengan menaikkan sebelah alisnya, Ata berdecak.

"Hari pertama sekolah harus banget apa ketemu lo? Padahal gue enek lihat muka lo," ujar Ata dengan melirik ke arah lain.

"Dua tahun kita adu bacot, bisa gak lo manis dikit ke gue?"

"Gak ada faedahnya manis ke elo, lagian muka lo masam." Ata berpindah bangku ke depan.

Ia tak ingin berurusan dengan Angkasa atau Asa. Sudah cukup dari kelas sepuluh ia berurusan dengan cowok itu karena satu extrakulikuler.

Angkasa menyenderkan tangannya ke depan, "kita masih satu extrakulikuler walaupun udah kelas duabelas asal lo tahu."

"Cuma dua bulan extra, terus selesai," ketus Ata.

"Jangan lupakan fakta bahwa di kelas duabelas ini kita sekelas."

Ucapan Angkasa terngiang di kepala Ata membuatnya menepuk dahi. Mengapa ia ditakdirkan harus berurusan dengan cowok yang tingkat kejahilannya melebihi adiknya?

Harus diakui, Angkasa tak sepopuler gebetan Ata, bahkan bisa dibilang Angkasa sosok yang tertutup. Angkasa juga tak sepandai Ata dalam menguasai pelajaran, namun perlu Ata garis bawahi adalah Angkasa lebih pandai membuat Ata tersenyum dibanding gebetannya kali ini.

Dan juga Angkasa tipe orang yang cuek, namun diam-diam ia memiliki sejuta cara agar Ata selalu bahagia.

*****

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang