Rival

953 66 10
                                    

Samudera mengetukkan jarinya dengan lesuh, ia berusaha berpikir hal apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan Ata kembali.

"Ke kantin ayo!" ajak Aldrin, sahabat Samudera. "Males gue." Aldrin berdecak kesal, "jangan gara-gara cewek lo jadi kayak gini, di luar masih banyak cewek bro," ujar Aldrin, tangannya seperti menerawang sekitar.

"Tapi gak ada yang kayak Ata," tandas Samudera. "Ya lagian cari yang kayak dia, mana ada, cari itu karakter lain," nasehat Aldrin.

"Gue gak rela kalau Ata balikan sama Asa," gumam Samudera, Aldrin tertawa lalu ia menepuk pundak Samudera.

"Kenapa sih lo kayak benci banget sama dia? Padahal dia sahabat kecil lo."

Samudera menghela napas. "Gue gak tahu, yang jelas gue gak mau lepasin Ata buat dia," tandas Samudera, sepertinya ucapannya sudah final, tak dapat diganggu gugat.

"Terus kisah Mega gimana? Dia kan udah kembali," ucap Aldrin. "Gue gak tahu, biarin aja Mega sama yang lain, bukan sama Asa."

Aldrin menepuk pundak Samudera lagi.

"Jangan terlalu iri sama orang lain Sam, gue sebagai sahabat lo gak bisa ngebiarin lo terjerumus ke hal yang gak baik."

Samudera menoleh, ia sedikit sangsi akan ucapan Aldrin. "Gue gak iri," ujar Samudera.

"Jangan tipu-tipu Sam, gue tahu. Lagian ikhlasin aja Ata, dia suka sama Asa 'kan? Kenapa lo maksain dia buat suka sama lo?" tanya Aldrin.

Samudera terdiam, perkataan Aldrin benar.

"Gue gak tahu, gue terlalu suka sama Ata," gumam Samudera lirih. Aldrin menepuk pundak Samudera untuk terakhir kalinya sebelum ia beranjak.

"Coba jangan egois, relain Ata dan Mega kalau nyatanya mereka lebih pro ke Asa, percaya sama gue, hidup lo bakal damai kalau lo lakuin itu," ujar Aldrin, lalu ia memilih pergi meninggalkan Samudera.

Samudera hanya menatap sepatunya dengan nanar, seberapa ego yang Samudera miliki, ia tak bisa melepas ego yang ada pada dirinya.

Helaan napas terdengar, Samudera mulai melangkahkan kakinya menuju ke kantin, tatapannya masih menunduk, tak seperti biasanya. Samudera tak sadar kalau ia akan menabrak seorang gadis.

Bruk.

"Aduh sorry!" ujar Samudera. "Eh iya," ucap Reysa. Samudera menoleh, menatap gadis itu sebentar. "Kayak kenal," ujarnya blak-blakkan.

"Gue temen lo di club renang bego," ujar Reysa. "Oh iya! Aduh sorry ya gue gak hapal," cengir Samudera. "Iya gak papa, selow. Mau kemana lo?" tanya Reysa basa-basi.

"Mau ke kantin, nah elo?" tanya Samudera. "Ke perpustakaan sih, mau balikin buku," ujar Reysa.

"Eh iya nanti ada latihan renang 'kan?" tanya Samudera basa-basi, sejujurnya dia tahu kalau nanti akan ada latihan renang.

"Ya, datang ya jangan bolos terus!" tuding Reysa. "Gue bolos ada kepentingan kali," bela Samudera.

"Ya udah iya, gue duluan ya," ujar Reysa, ia menampilkan senyum ramahnya. "Yoi," ujar Samudera.

Sebelum Reysa berlalu, ia menatap Samudera dan mulai tersenyum.

"Lo gak akan bisa mengalahkan ego kalau lo sendiri gak mau kalah sama ego lo," ujar Reysa tiba-tiba. Samudera tersentak, ia menahan pergelangan tangan Reysa.

"Kok lo tahu?"

"Sejujurnya gue punya kemampuan yang gak dimiliki banyak orang sih, jadi gue tahu seberapa besar ego lo terhadap keberadaan Ata, Asa, dan Mega."

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang