Down (Again)

1K 68 10
                                    

Ata keluar dari kamar mandi dengan membawa tas dan handuk kecilnya. Ia melihat dari kejauhan ada Asa yang sedang menunggunya.

"Ayo pulang," ajak Asa halus, Ata hanya terdiam tak mampu berkata. Harinya sudah memuakkan dan kali ini dia berada di titik dasar lemahnya.

"Gue pulang sendiri," ketus Ata, ia berjalan melewati Asa. Namun, Asa berjalan di sebelah Ata.

"Gak mau makan dulu Ta? Gak laper? Gak mau makan nasi goreng yang ada di pasar malem? Gak kangen sama nasi goreng Pak Wekso?" tanya Asa bertubi-tubi.

"Gue gak laper, jadi mending lo makan sendiri." Ata mempercepat langkahnya, hari kian malam, sejujurnya Ata merasa badannya demam.

"Duh Ta, nanti kalau lo sakit gimana? Nanti kalau lo gak masuk sekolah gimana?" tanya Asa, Ata hanya menoleh dan mendengus. "Lebay," sindirnya.

"Lagian ini malam Ta, pulang sama gue, yayaya?" pinta Asa, Ata hanya terdiam, matanya lurus ke depan tak mau menoleh sedikit pun ke arah Asa.

"Ta," panggil Asa, nadanya terdengar lembut tak seperti biasanya yang terkesan menyebalkan bagi Ata.

"Ta."

Banyak omong ini mantan. Batin Ata kesal.

"Lo cerewet," ketus Ata. "Gak papa gue berubah jadi cerewet asal lo pulang bareng gue dan lo mau makan sama gue," ujar Asa yakin, kemudian dia menghadang langkah Ata.

Matanya menampakkan keseriusan terhadap kata-kata yang meluncur dari bibirnya.

Ata menghela napas, rasanya ia tak tahan kalau Asa sudah menatapnya seperti itu, sekeras-kerasnya hati Ata, ia akan luluh pada Asa.

"Oke, tapi harus cepet, gue capek." Ata mulai melangkah meninggalkan Asa yang terdiam, kemudian Ata mendengar teriakan 'yeay' dari mulut Asa.

Gimana mau lupa kalau cuma dia yang bisa buat mulut dan hati gue bercerita? Batin Ata penuh tanda tanya.

***

Riuh keramaian mulai terdengar, Ata hanya melihat lalu lalang orang-orang dengan tatapan kosong.

Kak Na, kakak ngapain di sana? Enak gak di sana? Aku kangen kakak. Batin Ata.

Tanpa disadari Asa menatap lurus ke arah Ata, lalu dia memegang pipi Ata, menusuknya secara perlahan.

"Ih apa an sih," ujar Ata risih, ia mulai menyengkirkan tangan Asa dari wajahnya. "Habis lo ngelamun aja, padahal ada cogan di hadapn lo," canda Asa dengan percaya diri.

"Cogan apa an? Muka pas-pasan kayak gitu," gumam Ata. Asa segera menanggapi gumaman Ata, "eh eh, jangan salah banyak yang mau jadi pacar gue, tapi gue nolak," sombong Asa.

Tangannya mulai merapikan rambutnya.

"Dih, jangan sok kegantengan, jatuhnya lo kayak ngenes banget gitu, lagian kenapa lo nolak?" tanya Ata, ia mulai tertarik dengan bahasan Asa kali ini.

"Bukannya sok kegantengan, nyatanya gue emang ganteng. Gue nolak ya soalnya gue gak suka, lagian gue gak suka dikejar tapi gue suka ngejar," ujar Asa.

Ata hanya menganggukkan kepala. "Kenapa gak suka dikejar? Padahal lo tinggal pilih satu, coba suka, selesai," tanya Ata.

"Dimana-mana itu adanya cowok yang ngejar cewek, lo tahu cara pembuahan kan? Di situ sel sperma yang cari sel telur sampai dapat, bukannya sel telur yang cari sel sperma," Asa mengatakan itu seakan-akan ia terlalu menunjukkan dirinya sebagai anak ipa.

Senyum tipis Ata terlihat. "Sekarang udah zamannya cewek yang duluan dari pada cowok tuh," ujar Ata.

"Emang sih, menurut pendapat gue pribadi, kalau gue suka, gue kejar dan gue gak suka dikejar, itu prinsip gue sih," jawab Asa.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang