Terjadi Lagi

1K 71 7
                                    

Asa melirik jamnya dengan gusar, pasalnya Ata tak kunjung muncul, padahal ini sudah lima belas menit sejak bel berbunyi, harusnya ia sudah ada di lapangan indoor untuk latihan bulu tangkis.

"Cepet semua kumpul!" teriak Tejo membuat Asa berkumpul di sebelah kanan Tejo, bersama ketiga teman lainnya, karena ia latihan eksklusif untuk lomba turnamen.

"Seperti biasa kita berdoa dahulu sebelum latihan. Berdoa mulai," hening yang terjadi, mereka mulai berdoa menurut keyakinan masing-masing.

"Ayo latihan!" ujar Tejo, mereka mulai mengambil posisi masing-masing untuk berlatih, Asa melihat pintu dengan raut khawatir sekaligus berharap.

Khawatir tentang Ata yang tak kunjung datang dan berharap kalau Ata akan datang dengan keringat peluh karena ia sudah terlambat.

"Ata kemana Sa?" tanya Taya yang membuat Asa tersentak. "Ha?" tanya Asa. "Ata kemana?" ulang Taya.

Asa menghendikkan bahunya. "Di kelas tadi dia pendiem, terus sekarang dia gak masuk latihan," jawab Asa. Taya menganggukkan kepala, seperti mengerti akan keadaan.

"Ata itu orang yang lemah," ujar Taya. Asa meliriknya dengan raut wajah kesal, "jangan bilang dia lemah."

Taya tertawa. "Nyatanya gitu, dia lemah. Dia itu suka sembunyi sama masalah," ujar Taya, Asa sedikit tersentak akan penuturan Taya.

"Kenapa lo bisa bilang gitu?" tanya Asa.

"Mungkin karena gue kuliah psikologi, gue agak paham akan keadaan seseorang, dan gue gak tahu kenapa gue merasa dibalik cerianya Ata, santainya Ata, ada hal yang selalu dia sembunyiin," Taya melihat Asa seakan merenungi keadaan.

"Kalau lo butuh bantuan, gue siap bantuin elo," ujar Taya seraya menepuk pundak Asa. "Bantu apa?"

"Bantu buat dia terbuka, gue tahu sebenarnya lo orang terdekat Ata," ujar Taya, ia tampilkan senyum manisnya ke arah Asa.

"Semangat ya! Udah sana latihan, Tejo udah ngelihatin kita tuh," ujar Taya seraya mendorong pundak Asa. Akhirnya Asa berlatih dengan Tejo, pikirannya mulai berkecambuk.

***

Asa beristirahat, ia sudah berlatih giat hari ini, ia teguk air mineral hingga pandangannya tertuju pada Caca dan Pras.

Asa berlari ke arah Taya untuk meminta bantuannya.

"Kak," panggil Asa. "Iya?" tanya Taya.

"Tadi lo bilang mau bantuin gue kan?" Taya mengangguk. "Bantuin gue keluar dari lapangan, gue mau temuin sahabat Ata," ujar Asa, Taya menghembuskan napas.

"Sekali minta tolong, berat juga ya," ujar Taya. Akhirnya ia berjalan ke pintu belakang lapangan, ia mulai mengawasi Tejo yang sedang melatih anak-anak lain.

"Sa! Cepet keluar!" suruh Taya. Asa mengangguk dengan was-was ia mulai keluar dari lapangan. "Makasih ya Kak!" ujar Asa yang diangguki Taya.

Asa berlari ke arah Caca dengan berteriak. "Ca! Caca!"

Caca menoleh, alisnya naik sebelah, ia bingung mengapa Asa berlari-lari?

"Apa Sa?" tanya Caca ketika Asa berada di depannya. "Ata kemana?" tanya Asa to the point.

"Gue gak tahu, emang kenapa?" tanya Caca. "Hari ini dia gak latihan bulu tangkis," ujar Asa, raut wajahnya menunjukkan kalau ia khawatir akan keadaan Ata.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang