Back To School

1K 69 8
                                    

Mega menghela napas, di dalam mobil ia merasa gugup setelah beberapa bulan tak bersekolah dan sekalinya bersekolah, ia akan sekolah di sekolah baru sebagai murid baru dan akan melihat Asa kembali.

"Ayo!" ajak Pricily. "Bentar, gue mau tenangin diri, terakhir gue ketemu Asa gue cuma bengong sama pergi kayak orang bego," ujar Mega.

Pricily tertawa. "Tapi dia udah ada yang lain lo Meg," ujar Pricily. "Si Ata-Ata itu ya?" tanya Mega lirih.

"Iya, mereka udah lengket banget gitu," ujar Pricily. "Gue sedikit pesimis tiba-tiba," ujar Mega murung.

"Semangat deh, lagian si Kak Ata udah sama Samudera."

Mega berdecak kesal. "Bisa-bisanya dia deketin dua orang sahabat, makanya kalau gue tanya Asa ke Samudera dia kayak gimana gitu," ujar Mega menggebu-gebu.

"Ck, lo belum tahu kenyataan, jadi jangan simpulin langsung," Mega hanya menghela napas, lalu ia keluar diikuti dengan sepupunya.

"Gat!" teriak seseorang, hal itu membuat Mega dan Pricily menoleh.

"Ini proposal osisnya," seseorang itu mulai menyerahkan proposal ke Pricily. "Yaps, terima kasih!" seru Pricily senang.

"Jadi, di sini lo dipanggil Agatha?" tanya Mega. "Iya lah, kalau Pricily jadi kedengeran aneh tahu." Mega hanya menggelengkan kepalanya heran.

"Sok banget lo," ejeknya, tak lama kemudian ada deru motor yang baru saja memasuki tempat parkiran.

"Stop Meg! Gebetan gue mau lewat, bentar lagi," ujar Pricily dengan semangat yang ia pendam.

"Yang mana? Duh ada banyak anak cowok tahu!" seru Mega kesal, sebab Pricily hanya menunjukkan lewat lirikan matanya.

"Itu yang bonceng anak cewek," tunjuk Pricily kemudian. "Lah, kalau udah punya cewek kenapa lo masih suka?!"

"Itu kakaknya bego!" Pricily menjitak kepala Mega. Mata Mega mengawasi gerak-gerik seseorang itu.

Kayak pernah tahu itu motor, kayak pernah tahu orang yang naiki motor. Batin Mega.

"Eh iya! Ada hal yang sangat-sangat penting dari dia!" seru Pricily.

"Apa?" tanya Mega. "Dia adiknya Kak Ata kalau lo mau tahu." Mega terdiam, mendengar nama Ata dalam beberapa hari membuat telinga Mega sedikit sebal.

"Kalau kita di sini gak terlalu kelihatan, mending kita sedikit mendekat, lagian Kak Ata udah pergi," ajak Pricily.

"Gak usah, kita di sini aja, pasti udah kelihatan." Entah kenapa Mega memiliki firasat yang buruk, tetapi karena kekuatan Pricily lebih banyak daripada Mega, akhirnya Mega ikut tergeret.

"Dari belakang aja udah keren, apalagi kalau dari depan," Mega meneguk ludah ketika seseorang yang disukai Pricily membuka helmnya.

Kok kayak si anak nyebelin itu? Batin Mega.

Mega tak sadar kalau ia terlalu melihat seseorang itu, hingga seseorang itu menoleh, tatapan mereka beradu.

"Awan," gumam Mega.

Awan tersenyum dengan lebarnya ketika melihat Mega. Tatapan mereka tetap beradu, sampai Awan diseret oleh temannya dan Mega disadarkan oleh Pricily.

"Woi! Lo kenal Awan?" tatapan Pricily mengintimidasi Mega.

Hanya hening, Mega tak tahu harus menjawab apa. Kalau ia jawab iya, tetapi kan mereka hanya sebatas seseorang yang kebetulan berkali-kali bertemu. Kalau ia jawab tidak, tetapi Awan sudah pernah mengantarkan Mega hingga ke rumahnya.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang