Mimpi

3.3K 152 2
                                    

Asa berdecak, di kelas sepuluh ini ia harus mengikuti extrakulikuler. Mau tak mau Asa harus mendaftar ke club bulu tangkis karena hanya itu satu-satunya club yang ingin ia datangi.

"Sa!" teriak Nando, sahabat karibnya.

"Ha?" jawab Asa, ia berhenti lalu melihat Nando berlari. "Lo mau ikut bulu tangkis ya?" Asa menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Ya udah ayo bareng!" ajak Nando bersemangat. Asa mengerutkan dahi, sejak kapan Nando menyukai bulu tangkis?

"Lo mau ikut bulu tangkis juga?" tanya Asa. "Ya enggak lah! Gue mau ikut volly, kan pendaftarannya sebelahan," ujar Nando. Asa mengangguk-anggukkan kepala.

Dalam perjalanan, Nando tak henti-hentinya menanyakan tentang Rani, sepupu Asa yang satu sekolah dengannya dan Nando. Mereka tak sadar kalau di depan mereka ada gadis yang tengah membawa tumpukan kertas dan buku.

Bruk.

"Aduh!" ujar sang gadis. Ia segera mengambil buku dan kertas yang berserakan. Asa melihatnya datar, kemudian ia membantu sang gadis.

"Kalau jalan itu lihat-lihat! Jadi jatuh kan kertas sama buku gue," ujar sang gadis, rambut yang ia urai bergerak-gerak lucu, Asa jadi ingin tertawa, namun tentu saja ia menahannya.

"Lo kok diem aja sih, bukannya minta maaf kek!" gadis itu mulai berkacak pinggang, padahal ia membawa tumpukan kertas dan buku. Asa menaikkan sebelah alisnya.

"Emang bener ya, orang zaman sekarang itu kurang sopan santunnya," gumam si gadis dengan pelan, namun terdengar di telinga Asa.

"Gue minta maaf," ujar Asa datar. Si gadis menoleh, wajahnya masih menunjukkan kekesalan, namun sedikit melunak. "Ya udah!" gadis itu segera menyingkir dari hadapan Asa.

"Duh Sa, lain kali kalau sama cewek manis dikit kek," ujar Nando, mereka melanjutkan perjalanan kembali.

"Gak penting juga," jawab Asa. "Gini nih, makanya lo kelamaan jomblo sama kelamaan move on, lah elo gak mau maju," ujar Nando, ia mengenal Asa sejak duduk di kelas lima SD, membuat Nando mengetahui jalan cinta Asa.

"Biarin aja sih, jodoh nanti dateng," ujar Asa cuek, memang ia tak mementingkan hal-hal yang berbau dengan kisah percintaan.

Selain karena ribet, Asa juga pernah berebut seorang gadis dengan teman semasa kecilnya, namun itu dulu. Sebelum si gadis itu pergi dari kehidupannya.

"Dateng sih dateng, tapi sama usaha kek!" Asa hanya mengangkat bahunya membuat Nando menyerah.

"Eh iya, lo tahu gak cewek tadi itu siapa?" tanya Nando. "Gak," jawab Asa tak tertarik. "Masa lo gak tahu sih! Dia itu anak kepala sekolah tahu!" ujar Nando dengan semangat.

"Terus? Gue harus peduli?" Asa mengucapkan kalimat itu dengan sarkas. "Ya enggak juga sih," ujar Nando.

Hingga hening yang terjadi diantara Nando dan Asa. "Dia juga tetangga Samudera." Mendengar nama Samudera, Asa melirik Nando.

Asa jadi ingat kalau ia dan Samudera pernah menjadi teman sepermainan sebelum muncul sosok gadis yang membuat pertemanan mereka retak hingga kini.

"Namanya Matahari, biasa dipanggil Ata," ujar Nando. "Oh," jawab Asa.

"Gak coba deketin dia?" tanya Nando jahil. Asa hanya melirik seraya mengendikkan bahunya, ia melihat Ata dari kejauhan, sepertinya gadis itu cukup baik.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang