Epilog

1.7K 74 22
                                    

Ata mengambil beberapa buku yang akan ia bawa, kali ini kelas kuliahnya sudah sepi.

"Ta!" sentakan seseorang membuat Ata menoleh. "Apa an?" tanya Ata cuek. Orang itu adalah Reihan, seseorang yang gencar mendekati Ata, padahal Ata sudah memiliki kekasih, semua orang pun tahu itu.

Siapa yang tidak mengenal Angkasa Mahendra? Atlet pebulu tangkis yang manis, mahasiswa FTTM ITB yang ramah, dan baru-baru ini ia beberapa kali direkrut untuk menjadi pemain film pendatang baru.

"Pulang bareng yuk!" ajak Reihan ceria, Ata memutar bola matanya.

"Gue bisa pulang sendiri," jawab Ata ketus, kemudian ia memilih untuk keluar ruangan dengan cepat. Ia tahu kalau Reihan mengikuti dirinya.

Ata menghela napas, baru kali ini ada cowok yang pantang menyerah untuk mendapatkan hati Ata.

"Ayo Ta, sekali aja," pinta Reihan, kini dirinya sudah berjalan di samping Ata.

Ata mengacuhkannya, Ata tak memerdulikan ucapan Reihan yang menurutnya tak bermutu. Ia melirik jam tangannya.

Pasti Asa telat. Batin Ata.

Ata hapal sekali tabiat Asa, pasti dia akan telat ketika menyusul Ata. Empat tahun berpacaran dengan Asa membuat Ata benar-benar hapal dengan tabiatnya.

"Daripada lo di sini nunggu Asa yang selalu telat, mending sama gue Ta," ujar Reihan.

Ata tak menghiraukannya, hingga ia melihat sosok Asa, detik kemudian, ia sudah dikerubungi kaum hawa.

Kalau gak inget dia jadi artis jadi-jadian, udah gue acak-acak tuh para kaum hawa! Batin Ata.

"Tuh, lihat aja Asa udah sama cewek-cewek itu, mending lo sama gue, iya 'kan?"

Ata menatap sinis Reihan, memang dari segi wajah Reihan lebih memumpuni dibanding Asa, tapi Ata tetaplah Ata, seseorang yang lebih memilih Asa dibanding siapa pun.

"Ayo Ta." Reihan menarik tangan Ata membuat Ata mendelik.

Tiba-tiba terdengar teriakan Asa.

"HEH REIHAN! JANGAN PEGANG PACAR GUE!"

Asa segera berlari ke arah Ata dan Reihan. "Jangan deket-deket sama pacar gue."

"Kenapa? Lo aja deket sama berbagai cewek, masa Ata gak boleh deket sama cowok lain?"

"Gue deket sebagai pekerjaan gak lebih, udah jangan kejar Ata lagi."

"Masa pekerjaan sampai pegangan tangan?"

Kali ini telinga Ata yang panas mendengar penuturan Reihan.

"Udah deh, pada diem. Kita pulang aja Sa, aku capek."

Ata menarik tangan Asa yang sepertinya ingin membalas penuturan Reihan.

Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, bisik-bisik ringan pun terjadi. Banyak yang menganggap kalau Ata itu tidak pantas dengan Asa, banyak pula yang lebih menjodohkan Asa dengan lawan mainnya.

Sesampainya di mobil, Ata hanya terdiam, begitu pula Asa.

"Kamu kenapa Ta?" tanya Asa, melihat Ata yang terdiam membuat dirinya merasa aneh dengan pacarnya ini.

"Ta? Kamu kenapa?"

"Udah ah diem, aku mau pulang."

Asa terdiam, matanya beberapa kali melirik raut wajah Ata yang menurutnya seram, ia menghela napas, lalu Asa mulai menepikan mobilnya.

"Kamu kenapa? Ayo ngomong sini, jangan diem aja."

Ata bergeming, tak melihat ke arah Asa sama sekali, hal itu membuat Asa kelabakan sendiri.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang