End

1.5K 80 12
                                    

Suasana bandara kian hangat, banyak wartawan yang datang di bandara Soekarno-Hatta ini, menunggu kepulangan Asa dan kawan-kawan.

"Ayo Ta kita berdiri di sana, paling depan!" ajak Caca tak sabar. Ia menarik tangan Ata tanpa melihat ke arah gadis itu.

"Iya-iya," ujar Ata, ia hanya pasrah ketika tangannya ditarik Caca, sepertinya sahabatnya itu terlalu bahagia. "Lama ih," ujar Mega. Ata hanya tersenyum.

Tangannya mendingin, detak jantungnya tak menentu, padahal para atlet belum muncul, namun suatu rasa menelusup di benak Ata.

"Jangan kayak orang mati Ta, pucat gitu," ledek Samudera, tangannya ia ulurkan untuk mengacak rambut Ata sejenak. "Diem deh, kasihan Ata kalau dibully dari tadi," Rani membela Ata membuat senyum Ata mengembang.

Mereka tak sadar, kalau satu persatu atlet sudah keluar, dengan sigap para wartawan memotret. "Eh, atletnya udah datang!" seru Mega.

Semua tatapan tertuju pada para atlet, mereka mencari keberadaan seseorang yang sudah dinanti.

"Kok lama sih," gumam Ata tak sadar.

"Sabar Ta, dia bakal balik kok," senyum Reysa menghiasi wajah cantiknya, membuat Ata tersenyum kikuk.

Mata nyalang mereka mulai mencari, hingga matanya menangkap mata seseorang yang sedang tersenyum dengan membawa bucket bunga. Lesung pipi orang itu membuat wajahnya terlihat sangat manis.

"Hoi Asa!" ujar Samudera. Diikuti Nando, Awan, Pras, Mega, Reysa, Rani, dan Caca yang menghampirinya.

"Hoi!" Asa memeluk satu persatu temannya, rasa lelahnya kini terbayar sudah. "Makin ganteng aja," puji Rani.

"Jelas dong!" seru Asa senang, senyum lebarnya selalu ia perlihatkan.

"Gila, traktirannya Sa!" seru Nando paling semangat. "Iya! Habis ini makan-makan yoo!" tambah Pras dengan tertawa lebar.

"Iya, santai aja habis ini kita makan-makan." Semua orang langsung semangat, namun Asa meneruskan ucapannya. "Di rumah gue tapi," cengir Asa membuat semua orang ingin menjitak kepalanya.

Asa bercandra gurau dengan teman-temannya, hingga tak sadar kalau ada gadis yang setia melihat ke arahnya. Merasa diperhatikan dengan penuh, kepala Asa pun mulai mencari seseorang itu.

Tatapan Asa kini menatap gadis yang diam tak berkutik, wajahnya tetap cantik seperti dulu terakhir mereka bertemu, mata keduanya saling memandang dalam diam.

"Duh, kayak apa an, cuma tatap-tatapan," ledek Awan. "Kakak lo tuh yang gak mau nyamper ke gue," ujar Asa.

"Kayak drama korea aja lo berdua!" ujar Sam. "Kebagusan kalau drakor, mereka itu kayak sintetron!" ledek Nando. Namun, Asa tak menanggapi. Ia hanya fokus pada Ata.

Senyum Ata mengembang, diiringi tangis bahagia.

"Udah sana peluk, kasihan mewek dia," ujar Nando, kemudian Pras mendorong Asa. Langkah Asa santai, namun pergerakannya terhenti ketika Ata tiba-tiba berlari ke arahnya.

Sedetik kemudian, Ata sudah memeluknya, Asa sedikit terhuyung karena Ata memeluknya dengan berlari, Ata seperti anak kecil.

"Kangen ya?" tanya Asa, Ata hanya mengangguk, kepala Ata ia tenggelamkan ke pundak Asa.

"Kayak monyet tahu gelandotan, yang bener kek pelukannya," ucap Asa, namun Ata menggeleng, ia tak mau melepaskan pelukannya.

"Aku udah balik Ta, gak bakal hilang kok." Asa hanya tersenyum, ketika Ata melepaskan pelukan mereka, Asa menatap wajah calon kekasihnya ini.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang