Satu Kelas

2.2K 131 34
                                    

Ata melangkahkan kakinya dengan malas, rasanya bertemu Asa di hari pertama sekolah bahkan satu busway membuat moodnya turun drastis. Ata berjalan ke bangku yang sudah di duduki Caca, teman dekatnya.

"Pagi gini kenapa wajah lo suram?" tanya Caca dengan makan snack yang tadi pagi sudah ia beli. Sebenarnya hidup Caca enak, sebab ia memiliki tubuh yang kurus karena keturunan jadi kalau ia makan banyak, tubuhnya tidak akan melebar.

"Si Awa ninggal gue." Ata meletakkan tasnya di atas meja.

"Awan jadi sekolah sini?" tanya Caca dengan mata berbinar. Ata hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Alhamdulillah ada cogan!" seru Caca dengan mengucap syukur pada Tuhan.

"Inget si Pras, lo masih sama dia." Caca menjulurkan lidahnya. "Gue bilang Awan ganteng bukan berarti gue gak setia sama Pras tahu!" ketus Caca, Ata hanya menghela napas sesaat.

"Cuma karena Awan aja nih?" tanya Caca. Ata melirik malas pada Caca, "gue satu busway sama Asa."

Mendengar perkataan Ata, Caca sudah menduga kalau terjadi perdebatan sengit antara Ata dan Asa, sebab hal itu sudah wajar terjadi.

"Terus hal apa yang didebatkan pagi ini?" tanya Caca. "Cuma adu bacot biasa," jawab Ata yang membuat Caca menganggukkan kepala.

"Sebenarnya lo udah move on dari Asa apa belum sih?" Ata melirik Caca. Pertanyaan Caca mampu membuatnya terdiam.

"Ya udah lah, buktinya gue ada gebetan!" ujar Ata dengan sok, Caca tertawa melihat tingkah Ata. "Halah, ngaku aja deh. Lo belum move on banget kan dari Asa? Secara Asa mantan terlama lo, pacaran satu tahun, ditambah satu extrakulikuler lagi," ledek Caca.

Ata melirik Caca dengan dongkol, mengapa Caca selalu mengerti akan dirinya?  Mengapa Caca tahu kalau sebenarnya Ata masih belum bisa melupakan sosok Asa yang begitu melekat?

"Kasihan Samudera loh Ta," ujar Caca. Ata terdiam melihat Caca, pikirannya bertebaran kemana-mana. Ia ingat kejadian beberapa bulan kemarin, kejadian dimana Asa salah paham dengan dirinya dan sosok Samudera, kejadian yang Ata sendiri tak paham, mengapa Asa melepasnya.

"Tapi brengsek juga kok Samudera," ujar Caca. "Maksud lo?" tanya Ata.

"Nanti lo tahu sendiri." Caca tersenyum ke arah Ata membuat Ata kesal. "Kenapa sih lo ditakdirin peka? Kan yang putus gue, kenapa lo yang tahu semuanya," ujar Ata, nadanya terdenfar frustasi, Caca hanya tertawa geli.

"Seiring berjalannya waktu, lo pasti tahu semuanya Ta, tenang aja, intinya ikuti kata hati lo," ujar Caca, ia menepuk bahu Ata dengan pelan.

Suasana seperti sunyi, Ata mengingat kejadian-kejadian di masa lalu hingga datanglah Asa.

"Dor!" kaget Asa hingga Ata sempat ingin terjungkal kalau saja Caca tak memegangi Ata. "ASA!" teriak Ata, dengan kecepatan kilat, Asa berlari keluar kelas dengan diikuti Ata dibelakangnya.

"Gimana mau move on kalau mereka aja masih stok di masa lalu," ujar Nando. "Iya bener," ujar Caca.

***

Hari ini guru kelas tidak masuk membuat semua anak kelas XII IPA 1 bersorak senang.

"Ada tugas!" teriak Asa dengan memasuki kelas, lagi-lagi Asa mendapat kedudukan sebagai ketua kelas dan wakilnya adalah Ata. Cukup serasi bukan?

Asa mulai menuliskan tugas di papan tulis, "dikumpulin pulang sekolah, kalau ada yang gak mengumpulkan dihukum Pak Broto," ujar Asa.

Ata menghampiri Asa yang duduk di bangkunya. "Sa, nanti latihan bulu tangkis disuruh Pak Amin," ujar Ata. "Udah tahu," jawab Asa cuek. Rasanya Ata ingin membuat Asa seperti perkedel.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang