Terungkap (?)

888 69 2
                                    

Samudera memandang tumpukan bukunya dengan nanar, lama-lama ia muak dengan buku-buku ini. Dengan cekatan, ia mulai meraih jaket, ponsel, dompet, dan kunci motornya, ia ingin pergi menghirup udara bebas.

Langkah Samudera terhenti ketika dia melihat Ata berdiri di depan gerbangnya. Dengan helaan napas perlahan, dia mulai menghampiri Ata.

"Ta," ujarnya. Ata menoleh, Ata mulai menutup gerbangnya.

Namun, Samudera cekatan, ia menggapai pergelangan tangan Ata.

"Ta, dengerin penjelasan gue dulu, lo cuma salah paham." Ata terdiam, tak lama kemudian, ia membuka gerbangnya.

"Gue sama Asa emang saingan buat dapatin lo, tapi bukan untuk taruhan, tapi beneran suka," ujar Samudera.

"Gue udah tahu semuanya Sa," gumam Ata. "Tahu apa?" tanya Samudera.

"Tahu tentang masalah lo, Asa, dan Mega. Gue juga tahu tentang masa lalu Asa." Seakan mengerti, Samudera tersenyum seraya menunduk.

"Jadi dia udah cerita apa aja?"

"Semua, tentang rasa penasarannya terus nembak gue. Tentang masalahnya waktu SMP, tanpa gue kasih tahu lo pasti paham."

Samudera menganggukkan kepala.

"Jadi lo udah tahu kalau dia pernah minum obat terlarang?" tanya Samudera memastikan.

"Iya, gue tahu tentang rasa bersalahnya. Gue tahu lo yang menolong dia saat dia terpuruk, gue tahu sebenarnya lo masih mau berteman sama dia."

Samudera menatap Ata, senyum tipisnya ia tunjukkan.

Asa udah terlalu jatuh ya sama lo, sebejat-bejat gue, gue gak mau merebut seseorang yang diidamkan sahabat gue. Batin Samudera.

"Mungkin gue bukan siapa-siapa bagi Asa, tapi gue mau ucapin makasih," lanjut Ata. "Makasih buat?"

"Buat narik Asa ke jalan yang bener. Kalau gak ada lo, dia masih ada di jalan yang salah. Dia pasti masih konsumsi sesuatu yang gak baik," ujar Ata.

Ternyata gini ya rasanya? Dicintai orang yang kita cintai juga. Ata aja sampai ucap terima kasih buat kesembuhan Asa. Batin Samudera.

"Sebagai sahabat gue gak mungkin mau melihat Asa ke jalan yang gak bener. Itu udah kewajiban gue buat narik dia Ta," ujar Samudera.

"Iya."

Hening sejenak, lalu Samudera menghela napas.

"Jadi, Asa udah terlalu jatuh ke lo ya?" tanya Samudera, tatapan Ata seperti orang kebingungan. Hal itu membuat senyum Samudera menghiasi wajahnya.

"Maksudnya?" Ata menatap Samudera.

"Perasaannya terlalu jatuh, Mega aja gak tahu tentang fakta ini. Sedangkan lo? Tahu semuanya." Samudera mendekat ke arah Ata.

Ia ulurkan tangan membuat Ata bingung. Tetapi Ata tetap menyalaminya. Samudera tersenyum.

"Selamat."

"Buat?"

"Selamat, udah buat hati Asa merasa bahagia. Bukan merasa sendiri. Bisa minta tolong?"

"Tolong apa?"

"Tolong jangan tinggalin Asa. Dulu, gue emang musuhan sama Asa, tapi dia tetep sahabat gue. Sebagai sahabat gue seneng soalnya dia udah punya seseorang yang buat dia bangkit."

"Lo gak marah atau apa, kalau gue sama Asa?" tanya Ata.

Samudera menggeleng.

"Tolong ya, jangan buat dia merasa kesepian."

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang