Halo Sam!

973 73 13
                                    

Mega menyumpah serapah pada Awan, mengapa hidupnya harus sial? Bertemu dengan Awan saja sudah menjadi hal yang menyebalkan, lah ini? Mereka akan satu sekolah dengannya.

Ponsel Mega mulai berdering.

"Halo Meg?" tanya seseorang di seberang.

"Ada apa an?" tanya Mega to the point.

"Gue mau ke rumah lo nih, mau kasih berkas-berkas sekolah."

"Jam berapa? Nanti malam aja ya."

"Ya udah, sekalian gue tidur sana ya? Gue mau cerita banyak hal tahu."

"Siap dah siap, kakek pasti senang soalnya lo dateng, jarang-jarang kan cucu sibuknya kakek ini dateng," ledek Mega pada sepupunya.

"Tai. Ya udah tunggu gue ya, muah!"

"Yee."

Mega menjauhkan ponselnya dari telinganya, lalu ia mulai mengecek beberapa pesan yang masuk ke line-nya.

"Tuh kan pada kangen," gumam Mega seraya tersenyum, pasalnya banyak temannya yang berkata bahwa mereka merindukan Mega.

Ketika Mega asik dengan ponselnya, tiba-tiba ada benda terjatuh dari saku seseorang.

"Eh Mas!" teriak Mega, ia mengambil kunci mobil yang sempat terjatuh. "Aduh, pakai jatuh segala."

Mega mengemasi barangnya dalam sekejap dan segera berlari untuk menemui si pemilik kunci.

"Mas! Mas! Woi!" teriak Mega, namun si pemilik mobil tidak menoleh, hanya orang disekitar Mega yang menoleh dan menganggap Mega gadis yang aneh.

"Mas! Yang pakai hodie merah!" teriak Mega kembali, namun si pemilik mobil tetap tak menoleh.

Hingga Mega mempercepat langkah kakinya.

"Mas!" sentak Mega, ia menepuk pundak si empunya. "Jalannya cepet banget sih kayak macan," gerutu Mega, ia masih mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Ada apa Mbak?" tanya seseorang, seperti disengat listrik, Mega meneguk ludahnya.

Kayak kenal. Batin Mega.

"Kunci mobilnya jatuh Mas," jawab Mega, ia masih menundukkan kepala dan menyerahkan kunci mobilnya.

"Loh iya ta? Waduh, terima kasih," ujar si empunya dengan mengambil kunci mobilnya.

Si empunya mencodongkan badannya sedikit agar bisa melihat wajah si penolongnya, ia seperti mengenal gadis ini.

Mega mendongak, tatapan mereka bertemu, tubuh mereka menegang, ada suatu rasa yang menelusup.

"Mega."

"Samudera."

***

Sejak pertemuan antara Mega dan Samudera, mereka pun memilih untuk mengobrol bersama.

Namun, yang terjadi hanya hening diantara mereka, ada pikiran yang ingin mereka utarakan, namun tak ada yang mau memulai pembicaraan.

"Hm," dehem Samudera, Mega tetap melihat ke arah luar KFC. "Jadi, apa kabar?" tanya Samudera akhirnya.

Mega menatap Samudera, senyuman ramah terukir di wajah sahabat kecilnya ini.

"Alhamdulillah sehat wal'aiat," jawab Mega seraya membalas senyumam Samudera. "Tapi gak sesehat waktu ketemu gue, iya 'kan?" goda Samudera.

Mega memutar bola matanya. "Dari dulu tetep ya, percaya diri lo tinggi," ujar Mega. "Jelas dong, lo yang bilang kalau percaya diri itu dibutuhkan," balas Samudera dengan tertawa.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang