Satu Kelompok

1K 77 11
                                    

Ata menghela napas lelah, ia merasa bingung dengan keadaan Asa dan Samudera, sebab tadi ketika Ata berangkat dengan Samudera ia melihat ada memar di dahi Samudera.

Ketika Ata bertanya apa yang terjadi dengan Samudera ia menjawab, "habis jatuh terus aku kepentok meja, jadi ya gini." Awalnya Ata memang percaya saja, toh Samudera terkadang tipe anak ceroboh. Namun perspeksinya berubah ketika melihat Asa.

Wajah Asa dipenuhi memar di sudut mata dan sudut mulutnya, belum lagi, Asa yang irit bicara dengannya membuat Ata bingung, apakah ada yang terjadi dengan mereka berdua?

Lamunan Ata terhenti ketika Pak Zaki, guru seni budaya mereka memasuki kelas. "Selamat pagi anak-anak," ujar Pak Zaki, senyum khasnya mulai terlihat.

"Pagi," ucap serentak satu kelas.

"Persiapan," ujar Asa. "Berdoa, mulai."

Semua mulai berdoa dengan khusyu', selepas berdoa Pak Zaki menjelaskan mengenai musik.

"Ta," bisik Caca. "Hm," jawab Ata cuek. "Habis ini ada pembagian kelompok," bisik Caca. Ata menoleh ke arah Caca.

"Kelompok apa an?" tanya Ata. "Kelompok buat kolaborasi gitu deh, di kelasnya Pras gitu juga soalnya," ucap Caca. Ata mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Berapa orang satu kelompok?" tanya Ata. "Dua," jawab Caca. Ata menganggukkan kepala dan mulai terfokus pada Pak Zaki.

"Baik, karena kita sudah tiga kali pertemua dengan musik, saya akan membagi kalian menjadi kelompok, satu kelompok berisi dua orang." Semua anak mulai berbicara ketika Pak Zaki mengumumkan hal itu.

"Diam dulu! Saya sudah memilihkan pasangan buat kalian, jadi gak usah cari-cari lagi ya, biar gak capek," ujar Pak Zaki, ia mulai menempelkan kertas nama ke papan kelas.

"Sekretaris bacain dong nama kelompoknya!" seru Danang seraya menyengir lebar. Sebagai sekretaris, Ruan berdecak sebal. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk mengumumkan daftar nama-nama.

"Gue tebak kalau lo bakal sekelompok sama Asa," ujar Caca seraya tersenyum. "Mana mungkin," ujar Ata, ia menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak percaya.

"Ih, lihat aja. Gue pernah denger kok kalau Pak Zaki mau lihat kalian kolaborasi," ujar Caca. Ata jadi mengingat waktu dulu, ketika Ata masih bersama Asa. Mereka selalu memainkan musik tanpa henti, kalau saja laptop Ata tak rusak, pasti Ata memiliki coveran mereka berdua.

"Asa sama Ata," tutur Ruan, seketika kelas menyoraki Asa dan Ata bersamaan.

"Eak! Paketu sama Buwakil!"

"Cie, mantan yang bersatu, ihiy!"

"Pasangan tergoals 2018 ini mah!"

Itulah serentetan godaan dari teman Ata dan Asa. "Tuh 'kan! Bener tebakan gue," ujar Caca, ia tersenyum meremehkan ke arah Ata. Ata hanya memutar bola matanya malas.

"Ayo! Sekarang kumpul dengan teman sekelompoknya!" seru Pak Zaki.

Ata melirik Asa, Asa melihat Ata. "Gue ke situ," ujar Asa tanpa bersuara, Ata hanya mengangguk sekilas.

"Ih, gue kok sama Trian sih," ucap Caca tak terima. "Dia kan nyebelin, ngeselin," gerutu Caca tanpa henti.

"Udah terima aja," ucap Ata kalem.

"Elo mah enak sama Asa," ketus Caca. Ata hanya tertawa. Tiba-tiba Asa sudah berdiri di sebelah Caca.

"Ca, minggir." Caca menoleh ke arah Asa, ia melirik sinis. "Sabar dong," ujar Caca. "Lemot lo kayak keong mas," hina Asa.

"Kampret Sa," umpat Caca, kemudian ia segera berpindah ke sebelah Trian. Asa pun mulai duduk di samping Ata.

Hening yang terjadi ketika Pak Zaki menerangkan. "Baik, sekarang kalian pilih lagu dan konsep bebas ya, silakan dimulai."

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang