Infinity

990 70 6
                                    

Asa menyukai senyum Ata, Asa menyukai tawa Ata, dan hal yang terpenting adalah Asa menyukai Ata.

Jadi, entah mendapat keberanian dari mana minggu kemarin Asa meminta izin kepada kedua orang tua Ata untuk menjaganya.

Gila, kemarin gue berani banget ya bilang gitu ke orang tua Ata. Batin Asa.

Ia membunyikan klakson mobilnya agar Ata segera keluar dari rumah.

Semoga Om Reza dan Tante Fasya gak mikir aneh-aneh tentang gue. Semoga mereka masih merestui gue menjadi mantu mereka. Aamiin. Batin Asa penuh harap.

Bukannya Ata yang keluar tetapi malah Awan yang keluar.

"Ata mana?" tanya Asa dari dalam mobil, ia membuka jendela mobilnya.

"Dia sakit, mungkin karena kemarin dia terlalu mikir sama keadaan kali," ujar Awan. "Ini suratnya, titip ya Bang," kali ini Awan menyerahkan amplop putih yang ia genggam.

"Yah gak seru, hari ini gak ada Ata," gumam Asa lesuh. "Duh ala gayamu, tinggal pulang sekolah ke sini, masalah selesai," ledek Awan.

"Oh iya, bener! Ide kamu bagus Dek," ledek Asa pada Awan. "Eh iya, ini ada titipan dari Kak Ata." Dahi Asa berkerut ketika ia menerima sebuah kertas berwarna biru muda.

"Gue duluan ya! Mau ada rapat osis pagi! Dadah!" Awan segera berlari ke arah bagasi rumahnya, tak butuh waktu lama, ia mulai mengendarai sepedanya menjauh dari rumahnya.

"Surat apa an nih," tanya Asa pada dirinya sendiri. Karena tak mau terus penasaran, Asa mulai membuka surat dari Ata.

From : Ata
To : Asa

Makasih udah mau sabar-sabar hadapi gue selama seminggu ini, sorry hari ini gue tepar lagi, jadinya lo harus berangkat sendiri, hahaha. Ya udah itu aja sih, gak jelas ya? Maaf deh, gue malas buka line soalnya. Btw, lihat ke jendela kalau mau lihat gue.

Seakan tersihir, Asa langsung menengok ke arah jendela kamar Ata.

"Halo!" Ata melambaikan tangannya.

Senyum Asa melebar, hingga lesung pipinya terlihat. "Hai!"

"Cepet berangkat!" usir Ata, untung Asa tahu bahasa mulut. "Alah nanti aja," jawab Asa.

"Cepet, sekarang!" usir Ata lagi. Asa terkekeh geli melihat Ata yang sudah ekspresif lagi. "Iya bos!" ujar Asa.

Ia segera menyalakan mesin mobilnya, sebelum ia melajukan mobilnya ia sempat melambaikan tangan pada Ata.

"Sampai nanti!" ujarnya, Ata hanya mengangguk semangat.

Dengan segera, ia melajukan mobilnya menuju ke arah sekolah. Hari ini, Asa ingin segera pulang dsn segera menemui Ata. Mungkin Ata masih tertutup, tapi lambat laun ia pasti akan terbuka dengannya.

***

Asa mengetukkan jarinya dengan bosan, pasalnya pelajaran sejarah kali ini tak ada sisi menariknya, tak ada pemandangan yang indah alias Ata dan tak ada yang bisa ia suruh-suruh.

"Pak!" seru Asa seraya mengangkat tangan kanannya. "Iya Sa?" tanya Pak Danu. "Saya izin ke kamar mandi ya!"

Pak Danu menganggukkan kepala, dengan cekatan Asa segera melesat menuju ke luar kelas.

Mending refreshing sebentar. Batin Asa.

Asa pun mulai berjalan menyusuri sekolah, hingga tatapannya terpaku pada Mega. Mega terlihat terkejut, namun ia segera memulihkan ekspresinya.

Matahari di atas AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang