....kebanyakan gadis kecil memimpikan seorang pangeran yang meminangnya di saat dewasa. Namun, kadang kenyataan kadang berbeda dari impian setiap gadis itu sewaktu kecil....
*
**
***Sehari kemudian, Bagus benar-benar datang ke rumah Reina bersama Ayahnya.
Penampilan Bagus sungguh berbeda hari itu, karena Ayahnya memaksanya untuk berpakaian sopan. Ia melepas tindiknya, menyugai rambutnya, dan memakai kemeja lengan panjang untuk menutupi tatonya.
Hal itu bahkan membuat Reina pangling. Rahman, Ayah Reina sangat bahagia saat melihat calon menantunya itu.
"Nak Bagus, Reina itu mandiri orangnya, jadi ia tidak manja. Juga, jangan khawatir tentang pekerjaan rumah, karena Reina itu rajin anaknya, Bagus. Om saja dirawatnya dengan baik, jadi dia pasti bisa rawat kamu juga." Ujar Rahman, membanggakan putrinya.
"Iya, Om." Jawab Bagus singkat. Hal itu membuat Wirana lega, jika putranya tak membuat keributan hari ini. Sepertinya, do'anya semalam terkabul, bahwa putranya tak membuatnya marah hari ini.
"Bagus, Om harap kamu bisa jaga Reina yah. Mulai dari kalian menikah sampai maut memisahkan. Om mohon, jaga dan sayangi dia yah nak Bagus.." pinta Rahman, membuat Reina yang berada di sampingnya mulai berkaca-kaca.
"Iya, Om. Akan aku usahakan.." jawab Bagus sebaik mungkin, entah mengapa ia sangat berbeda hari ini. Membuat Ayahnya semakin bersyukur.
Beberapa hari kemudian, tibalah hari pernikahan mereka.
Seperti yang Bagus inginkan, mereka hanya menikah di KUA.
"Bagaimana saksi, sah?" Tanya sang penghulu saat Bagus selesai dengan ijab kabulnya.
"Sah!!" Jawab para saksi.
Air mata Reina mengalir sedari tadi, begitu juga Ayahnya dan Eka, sang karyawati Ayahnya. Yang menghadiri pernikahan itu hanyalah, Wirana, dan seorang supir keluarga Kharis. Lalu di pihak Reina, yaitu Rahman, dan ketiga pekerja di warung makannya, Bayu, Rama, dan Eka.
Reina mencium punggung tangan Bagus, atau yang sudah sah sebagai suaminya itu. Baguspun mencium kening Reina atau istri sahnya itu.
Setelah itu, merekapun berfoto bersama. Reina hanya memakai kebaya sederhana, namun ia tetap cantik. Begitupun Bagus yang tetap tampan dengan jas hitamnya. Hari ini, ia jauh berbeda dari sehari-harinya.
Segera setelah pernikahan itu selesai dilaksanakan, Wirana mengajak semuanya untuk pergi ke rumahnya. Di mana ia telah menyediakan sajian makanan untuk semuanya, walaupun mereka tidak banyak jumlahnya. Yang meramaikan acara syukuran itu hanyalah tambahan dari para security, dan ART di rumah itu.
Setelah acara benar-benar selesai, Bagus mulai membuka suara kepada Wirana dan Rahman yang sudah menjadi Ayah mertuanya.
"Papa, Ayah, aku ingin kami tinggal di apartemenku."
"Tapi, Gus. Papakan udah bilang, kalau kalian bisa tinggal di rumah ini dulu. Kasian Reinakan masih kuliah, kalo tinggal di sinikan ia banyak yang bantuin, nanti dia kerepotan ngurusin dapur dan kuliah." Wirana kembali berucap.
"Tidak, Papa. Bagus maunya itu hidup mandiri. Aku mau hidup tanpa bantuan dari kalian semua. Aku bisa kok ngidupin Reina sendirian." Terang Bagus kemudian.
"Terima kasih yah nak Bagus, kamu sudah mau nunjukin kemandirian kamu. Jaga putriku dengan baik yah, aku percayakan dia padamu." Ucap Rahman dengan mata berkaca-kaca lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...