Hari itu cukup cerah, namun wajah Reina tak secerah langit. Ia menekuk wajahnya, ia terlihat kecewa, sedih, dan kesal yang bercampur menjadi satu.
Apakah penyebab mendungnya hati seorang gadis bernama Reina? Jawabnya ada pada dirinya.
Reina menghentakkan kakinya ke trotoar jalan yang ia susuri menuju rumahnya. Asap kendaraan dan udara panas Kota Jakarta menambah kekesalannya.
Beberapa menit kemudian sampailah ia di depan sebuah warung mie ayam yang terlihat sudah tua. Walaupun begitu pelanggan setianya masih banyak, dan bahkan bertambah.
Reina duduk di kursi dekat kasir. Lalu seorang pria paruh baya menghampirinya.
"Kenapa putri Ayah? Kok kelihatannya sedih? Revisiannya nggak keterima lagi?"
Reina menoleh ke arah sumber suara, itu adalah Ayahnya, Rahman Setia Budi.
"Ayah..." Panggilnya manja lalu mencium punggung tangan Ayahnya. "Iya, Yah. Bu Arum bilang, aku harus cari investigator baru buat memperkuat hasil penelitianku.""Loh, bukannya kemarin-kemarin kamu bilang udah dapat investigatornya?"
"Iya, Yah. Udah, tapi ditolak. Bahkan udah tiga kali ditolak. Ibunya bilang sih, mereka semua kurang competent buat jadi investigatorku, Ayah." Terang Reina dengan wajah kecewa.
"Kok susah banget yah? Coba aja kamu dulu kuliah jurusan tata boga, kan Ayah bisa jadi investigator kamu."
"Iiiihh.. Ayah. Kan kalo tentang masakan, aku nggak perlu sampai belajar di perguruan tinggi. Akukan bisa belajar sama Ayah. Makanya aku ambil jurusan lain biar lebih banyak pengetahuan dan bisa ngembangin usaha Ayah."
"Haha, iya, Rei. Ayah mah dukung-dukung aja kamu maunya apa. Ayah cuman kasian liat kamu udah lima tahun kuliah tapi nggak lulus-lulus."
Miris Reina mendengar itu, "Ya, maafin aku yah, Ayah. Udah bikin Ayah kecewa."
Ayahnya tersenyum, "kenapa minta maaf segala sih, Rei. Ayahkan selalu ngedukung Reina. Ayah juga bangga bisa punya putri kayak Reina."
Reina memeluk Ayahnya, "terima kasih, Ayah."
"Hmm.. Rei, ada hal penting yang ingin Ayah beritahukan. Tapi, nanti malam saja. Sekarang kamu istirahat dulu sana."
Reina mengernyitkan dahinya saat melihat perubahan riak wajah Ayahnya. Sepertinya, Ayahnya ingin membicarakan tentang sesuatu yang sungguh serius. Iapun mengiyakan dan naik ke loteng rumahnya.
Rumah mereka punya dua lantai. Lantai pertama adalah warung dan dapur. Sedangkan lantai kedua adalah ruang tamu dan kamar tidur. Kamar mandi dan toilet terpisah berada di lantai pertama. Sedangkan untuk menjemur pakaian dan mie, mereka mengandalkan balkon lantai kedua mereka yang cukup luas.
***
Di lain tempat,
Bagus, yang baru sampai di Indonesia, sedang melangkahkan kakinya memasuki rumah orangtuanya yang sudah lama tak ia masuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...