Chapter 16 - Keceplosan

1.8K 76 17
                                    

....jika kau memang sudah bahagia bersamanya, maka aku rela. Namun, jika ia berani menyakitimu. Aku tidak akan rela...

*
**
***

[No details proofreading.]

Reina memainkan cincin yang ada di jarinya. "Emm... Sebenarnya, aku sudah menikah, Kak..." Ungkapnya dengan suara pelan.

*Deg...

Sebuah hantaman menimpa dadanya Chandra. Ia sangat berharap bahwa ia hanyalah salah mendengar.

"Apa? Ng.. ka.. kamu ngomong apa tadi, Rei?" Usut Chandra.

Reina menjadi tak enak hati karena harus mengulang ungkapannya. Ia terus saja memainkan cincin di jari manisnya, dan membuang wajahnya. Ia tak sanggup menatap wajahnya Chandra. Seseorang yang dulu pernah membuatnya jatuh hati, tetapi sayang ia menolak hati Reina untuk berlabuh. Sehingga, ia kembali berlayar mencari tempat lain yang bersedia untuk membiarkan dirinya berlabuh.

Chandra menunggu Reina bicara. Namun, gadis itu hanya terdiam seraya memainkan cincin di jari manisnya. "Oh, ternyata aku tidak salah dengar.." pikirnya.

"Kalo yang aku dengar nggak salah. Maka, maaf kalo aku baru nyadar sama cincin yang kamu pake, Rei." Ucap Chandra, dan Reina masih belum bisa menatapnya. "Selamat ya, Rei." Iapun menyodorkan tangannya.

Reina perlahan melihat ke arah tangannya Chandra. Walaupun ia tak enak hati, ia tak mungkin menolak jabatan tangan itu. Iapun menyambutnya, dan berkata. "Maaf, karena udah bikin Kakak berharap, dan terima kasih karena Kakak udah ngasih selamat buat aku." Iapun melepas jabatan tangannya.

Chandra tersenyum, "Nggak usah minta maaf, Rei." Ucapnya dan merasa lega ketika Reina sudah mau menatap wajahnya lagi. "Dan nggak usah ngerasa bersalah. Toh semua ini bukan salahnya kamu. Harusnya aku yang nyesel karena udah nolak kamu dulu. Dan... Mmm.." .... "..dan.. ak.. aku ikut senang kok, Rei. Karena kamu udah dapat cowok yang baik, dan kamu pilih sebagai pendamping hidup. Suami kamu beruntung udah bisa dapetin kamu..." ucapnya setengah hati.

"Beruntung dari mananya, Kak? Orang aku dibentak terus tiap hari.." sahut Reina dalam hati. "I.. iy.. iya, Kak." Sahutnya singkat kemudian, berbeda dengan yang ada di hatinya.

"Kalo aja, aku belum nikah ama Kak Bagus, aku udah pasti nerima Kak Chand. Sayangnya aku udah ama Kak Bagus, lagian aku nggak boleh nyesal ama ini semua. Ini pasti udah takdir Allah. Mungkin Kak Bagus udah jadi jodoh aku, dan bukan Kak Chand." Batin Reina menyeruak.

Lama keduanya saling terdiam. Hingga Chandra kembali membuka suara.

"Mm.. ya udah, Rei. Ayo aku anterin kamu pulang. Ke apartemen yang itu kan?"

"Iya, Kak. Apartemen yang biasanya itu." Sahut Reina.

Sekarang Chandra baru menyadari tentang apartemen itu, dan harga per-unitnya. Akhirnya ia ingat bahwa dulu Ayahnya Reina hanya punya warung mie ayam, lalu bagaimana mereka tiba-tiba pindah ke apartemen mahal.

Chandra merasa sangat bodoh ketika tak curiga sedikitpun dengan petunjuk-petunjuk yang ada di depan matanya. Harusnya ia menyerah sejak awal, jadi perasaan di hatinya tak menumpuk dan berkembang seperti ini. Jujur hatinya merasa sakit, apalagi ketika memikirkan Reina tinggal dengan seorang pria lain, dan itu bukan dirinya.

"Mm.. suami kamu nggak marah kan, Rei, kalau aku yang anterin kamu pulang?"

Kata 'suami' yang membuat rasa sakit yang menusuk di dadanya Chandra.

Sebenarnya, Bagus tak pernah tau jika Chandra yang mengantarkannya pulang. Jadi, Reina juga tak tahu reaksi suaminya itu jika mengetahui hal ini.
"Ng... Nggak kok, Kak. Suamiku nggak marah kok." Jawab Reina walaupun itu bagaikan dusta.

Mr.CEO vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang