....saat kau tiada di sisiku....
*
**
***Setelah makan malam.
"Kak Bagus." Seru Reina kepada Bagus yang sedang menonton TV.
"Hmm.." sahut Bagus dengan deheman seperti biasa.
"Entar jam delapan, aku ada pertemuan sama Ibu-ibu. Kak Bagus nggak ikut?"
"Kan gue bukan 'ibu-ibu'. Ya ngapain gue ikut lah?" Jawab Bagus secara retoris.
"Tapikan, yang bapak-bapak juga ada perkumpulan sendiri." Terang Reina kemudian.
"Nggak ah, males, gue capek. Elo aja sono." Tolak Bagus lagi.
"Ya udah, kalo Kak Bagus nggak mau." Reinapun duduk di sebelah Bagus. "Tapi, tadi kenapa Kakak nolak nginap di tempat Papa sih, Kak? Kan kasihan, mungkin Papa kesepian."
"Papa bukannya kesepian, tapi dia bakalan maksa gue buat kerja di SK, padahalkan gue nggak mau. Lagian gue udah seneng kok ama kerjaan gue sendiri.."
Sebenarnya di dalam hati dan pikiran Reina, ia ingin sekali bertanya tentang pekerjaannya Bagus. Namun, ia tidak berani.
"Oh iya, tumben lo ngajak gue ngomong. Biasanya melengos aje.." tukas Bagus.
"Hah? Itu, Mmm... Aku minta maaf Kak, selama berminggu-minggu aku ngediemin Kak Bagus." Sesal Reina. "Mulai hari ini, aku bakalan berusaha menjadi istri yang baik dan sabar buat Kak Bagus."
"Bagus deh kalo elo nyadar..." Celetuk Bagus.
"Ya elah, emangnya yang salah itu siapa sih?" Gerutunya Reina dalam hati.
"Ng... Mmm... Kak Bagus, aku boleh minta sesuatu nggak?" Reina memberanikan diri untuk berkata."Apaan?" Usut Bagus kembali.
"Mm.. bisa nggak, Kak Bagus nggak usah minum lagi?"
"WHAT?! No!" Tolak Bagus.
"Kak Bagus tau nggak kenapa aku diemin Kakak?"
"Nggak tau, dan gue nggak mau tau." Jawab Bagus menohok.
Reina harus super sabar, ia tak boleh menyerah untuk mengubah suaminya. "Itu karena Kak Bagus sering pulang pas mabuk, terus nyium aku, kan aku nggak tahan bau alkohol. Jadi, aku langsung muntah-muntah. Dan yang bikin aku sakit hati itu, pas besoknya Kak Bagus bangun tidur, Kakak lupa sama yang Kakak lakuin malamnya."
"Ya udah, elo terima aje gue apa adanya. Susah amat sih." Jawab Bagus santai.
"Tapi, itu dosa Kak! Minuman keras itu haram!"
"Udah deh, lo nggak usah guruin gue." Jawab Bagus lagi.
Reina hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya dengan keras kepalanya suaminya, dan ia hanya bisa mengurut dadanya.
Jeda beberapa menit, Reina kembali mengumpulkan kesabaran dan keberaniannya untuk berbicara dengan Bagus.
"Kak Bagus." Serunya"Hmmmmm....." Sahut Bagus dengan deheman yang lebih panjang. "Apa lagi?!"
"Itu aku cuman mau bilang, kalau Inshallah hari rabu aku mau daftar seminar pendadaran. Jadi, akhir bulan depan aku bisa wisuda."
"Oh, ya udah, bagus deh kalau kayak gitu. Jadi, lo nggak perlu mikirin kuliah lo lagi, dan cuman mikirin gue dan urusan rumah."
Reina tak menyangka Bagus akan berkata seperti itu. "Untung aja dia nggak inget janji aku tempo hari, kalau aku bakalan siap ngelakuin 'itu' sama dia pas aku udah selesai skripsian bareng Kak Chand."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...