....aku sungguh ingin mengubahmu, walau aku tau itu akan sulit untukmu dan diriku....
*
**
***Keesokan paginya.
Seperti biasa Reina terbangun lebih awal. Kali ini ada yang berbeda. Hidungnya mencium aroma yang familiar baginya, seperti aroma mint yang menyejukkan. Tapi, ia tidak membenci aroma itu.
Perlahan Reina membuka matanya, dan iapun tersentak seketika.
*Buugghhh...
Reina terjatuh dari ranjangnya. Untung saja hal itu tidak membangunkan Bagus, dan mulutnya tak berteriak kala itu.
Bagaimana Reina tak terkejut. Karena saat bangun pipinya telah menempel di dada polosnya Bagus.
Setelah beberapa saat, Reina akhirnya menyadari jika semalaman mereka pasti berpelukan selama tertidur.
Reinapun keluar kamar seperti biasa ia mandi di kala shubuh lalu menjalankan ibadahnya. Namun, kali ini berbeda, ia kembali ke rumah Ayahnya. Ia merindukan tempat ini, dan ia merasa telah pulang ke tempat di mana ia seharusnya berada.
Pada saat Reina keluar dari kamar mandi, ia berpapasan dengan Ayahnya.
"Rei, Bagus belum bangun?" Tanya Rahman.
"Ah.. ng.. itu.. Yah, belum." Reina tersentak lagi, ia bingung bagaimana cara menjelaskan kepada Ayahnya. Bagus memang bukanlah pria religius, namun Reina paham itu, dan seburuk-buruknya Bagus, dia tetaplah suaminya. Ia pikir suatu saat ia pasti bisa membuat Bagus menjadi lebih baik, namun kali ini tepat di depan Ayahnya. Ia harus berkata apa.
"Loh, harusnya kamu bangunin donk, Rei. Suruh ke Musholla bareng Ayah."
"Mmm... Iya, Yah. Aku bangunin dulu." Jawab Reina, walaupun ia tau bahwa ini bukanlah waktunya Bagus untuk bangun.
"Ya udah, Ayah tungguin yah."
"Iya, Yah."
Reinapun melangkah menuju kamarnya lagi. Lalu berpakaian sebentar, dan mencoba membangunkan Bagus.
"Kak! Kak Bagus! Bangun..." Ujar Reina seraya menggerakkan tubuhnya Bagus.
Beberapa kali sampai akhirnya Bagus mengerang.
"Apa-apaan sih lo! Gue semalam susah tidur, gue baru aja bisa tidur lo udah bangunin!" Bentak Bagus.
"Kak! Jangan keras-keras, nanti Ayah dengar." Ujar Reina dengan wajah memohon.
Bagus baru menyadari itu, "jam berapa ini? Ya udah kita pulang sekarang aja"
"Hampir jam lima shubuh Kak."
"Ya elah, lo bangunin gue jam segini buat apa?!"
"Ng... Anu, Kak. Ayah ngajakin Kakak sholat shubuh di Musholla."
"Hah?! Gila lo, liat nggak tato gue sama tindik gue. Gue nggak bakalan dibolehin masuk ke Musholla."
"Kata siapa Kak?... Nggak kok, orang itu nggak bakalan ngelarang siapapun yang mau melaksanakan ibadahnya. Urusan yang ada di diri Kak Bagus kan urusan Kakak sama Allah. Bukan sama manusia." Ujar Reina lagi.
"Gila aja lo! Gue udah lama nggak sholat, gue udah lupa caranya."
"Ya udah nanti Ayah ajarin." Jawab Reina.
"Ya elah, mau ditarok di mana muka gue di hadapan Ayah, kalau begitu. Gue nggak perduli apa kata orang lain kecuali Ayahnya lo."
Reina tiba-tiba merasa senang saat Bagus yang notabenenya urakan seperti ini, masih mau menghormati Ayahnya. "Mmm... Kalau boleh aku tau, kenapa Kak Bagus perduli sama Ayah?" Selidiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...