Chapter 33 - Midnight Call 2

1.9K 83 29
                                    

...Malam terasa semakin hening. Rembulan malam menyinari keheningan malam ibu kota. Di bawahnya berterbangan hantu-hantu malam yang timbul akibat kegelisahan para insan yang tak dapat tidur di peraduan mereka...

*
**
***

[No detail proofreading.]

Sekitar seminggu kemudian...

Tak ada yang terjadi, semua berjalan datar-datar saja. Tapi, ketenangan ini bukannya membuat Reina tenang. Di dalam hati dan pikirannya ada sesuatu yang mengganjal.

Bertolak belakang dengan Bagus. Ia terlihat tenang, seperti tidak terjadi apapun. Malahan ia menjadi lebih tenang, emosinya tak pernah naik seperti dulu. Ia juga lebih sering memeluk Reina dan pastinya meminta jatahnya, setiap malam.

Itu semua bukannya membuat Reina senang. Ia malah merasa Bagus tengah menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Tapi, ia tak ingin mencari tahu, bukan karena ia tak perduli. Tetapi, sekali lagi ia ingin belajar percaya kepada sang suami.

Malam itu...
Bagus dan Reina telah bersiap tidur di atas ranjang mereka.

"Malam ini kita tidur aja yah..." Ucap Reina ketika Bagus yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ya elah, gue belum bilang apa-apa juga..." Sahut Bagus setengah menggerutu. Ia pun menyusul Reina naik ke atas ranjang dan masuk ke selimut yang sama.

"Love..." Tegur Reina ketika tangan Bagus mulai menjamah tubuhnya di balik selimut itu.

"Main bentar yok..." Ajak Bagus masih mengusahakan keinginannya. Ia seperti tak ingin melewatkan satu malam pun tanpa menyentuh Reina. Ia seakan takut jika ia tak bisa melakukan itu lagi dengan sang istri.

"Bentar? Aku nggak percaya sama kata 'bentar' dari kamu." Ujar Reina sembari menjauhkan tangan Bagus dari dirinya.

"15 menit deh, gue janji..." Bujuk Bagus kembali.

"Nggak!" Tolak Reina tegas.

"Kenapa sih, Rei? Nolak suami itu dosa loh! Entar malaikat nggak mau deket ama elu.."

"Ih, sekarang kamu jadi sok tau yah..."

"Ya elah, Rei. Beneran, sebaliknya kalo elu layanin gue, lu bakalan dapat pahala yang besar.."

Ocehan Bagus sebenarnya benar, tapi Reina tak yakin dengan Bagus. Apakah suaminya itu benar-benar paham dengan apa yang dikatakannya atau hanya mengatakan itu agar ia mau menurut dan memenuhi nafsu suaminya itu.

"Love, aku capek..." rengek Reina kemudian.

"Capek? Elo kan di rumah seharian. Udah deh, Rei. Cari alasan yang masuk akal gitu.." Sahut Bagus seraya bangkit dan bersandar ke kepala ranjang.

Dadanya yang bidang jelas terpampang di hadapan Reina. Walaupun pencahayaannya remang, lekukan otot dari tubuh bagian atas Bagus nampak jelas. Ia memang tak mengenakan baju, hanya boxers yang menutupi bagian bawahnya.

Sungguh lekukan tubuh yang dapat membuat setiap wanita tergila-gila. Namun, tidak dengan Reina. Mungkin karena ia sudah biasa melihat tubuh Bagus.

Reina tak menyusul bangkit, ia hanya menatap sang suami dengan posisi sama. Selimut hangatnya menahannya.

"Iya, aku tau, aku cuman seharian di rumah aja. Tapi, aku nggak diam aja. Aku masak, bersih-bersih, dan lainnya." Balas Reina.

"Gue juga capek, Rei..." Bagus menyahut segera.

Mr.CEO vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang