....apalah daya, jika rumahku adalah bersamamu. Walaupun, aku pergi jauh aku pasti akan kembali. Walaupun aku tau, rasanya akan amatlah sakit....
*
**
***[No details proofreading.]
Reina melangkahkan kakinya menyusuri koridor lantai gedung apartemen mereka.
Langkah demi langkah, sampailah Reina di depan pintu unit apartemennya dan Bagus.
"Aku ketuk aja, atau nggak yah?" Gumam Reina.
Lama berpikir, akhirnya Reina memutuskan untuk langsung saja memasukkan kata sandi unit apartemen itu. Ia pikir, itu tidak salah karena itu adalah apartemen suaminya sendiri.
Reinapun melangkah masuk. Baru selangkah di dalam sana, suara riuh terdengar jelas dari ruang tamunya. Ia sangat yakin bahwa sedang ada banyak orang di sana.
"Apa Kak Bagus ngundang teman-temannya ke sini pas aku lagi nggak ada?" Pikir Reina. "Jadi, dia seneng-seneng waktu aku nggak ada di rumah?"
Pertama terbersit di pikiran Reina untuk pergi saja, saat mendengar suara keributan. Namun, saat satu pertanyaan lainnya muncul di kepalanya, ia menjadi tak terima dengan perlakuan Bagus, dan ingin merusak pesta mereka.
Reinapun kembali melangkah menuju sumber suara yaitu ruang tamu.
"Astaghfirullah.." gumam Reina seraya mengurut dadanya saat melihat sekelompok laki-laki sebanyak enam orang berpenampilan seperti Bagus sedang tertawa ria seraya menyoraki dua orang di antara mereka yang sedang memainkan PlayStation.
Bukan karena itu Reina mengurut dadanya. Namun, karena asap rokok yang mengepul, dan beberapa botol minuman keras yang ada di atas mejanya.
Langkahnya Reina tertahan untuk mundur. Namun, ia tak bisa maju jua karena tak menemukan sosok sang suami. Entah di mana rimbanya. Akan tetapi, ada sedikit syukur yang ia panjatkan ketika tidak menemui hal yang lebih buruk. Seperti memergoki mereka membawa para wanita penghibur ke unit apartemennya dan Bagus ini.
"Assalamualaikum.." Sapa Reina. Tapi, mereka tak mendengar dan masih sibuk tertawa.
"Haha... Haha... Hahhahah.."
"Assalamualaikum..!" Sapa Reina lagi agak nyaring agar mereka mendengar, dan belum juga direspon. "ASSALAMUALAIKUM!" Teriaknya kemudian.
Alhasil, keenam temannya James itu terperanjat. Bahkan kedua orang yang sedang bermain video games tadi, segera mematikan PlayStation itu.
Namun salah satu dari mereka tak mengenal siapa Reina.
"Sst.. sst.. siapa ni cewek?" Bisik Alan kepada Brandon.
"Itu! Lo pikir aja sendiri!" Jawab Brandon ketus seraya menunjuk sebuah bingkai foto berukuran sedang, tidak terlalu besar di dinding dekat TV.
Sebuah foto pernikahan Reina dan Bagus.
Alan membandingkan wajah sang mempelai wanita dengan wajah Reina dan hasilnya sama.
"What the..?!" Hampir saja ia terkena serangan jantung karena baru menyadari itu."Assalamualaikum!" Sapa Reina lebih pelan dari yang tadi, memberi kode agar semuanya membalas salamnya.
"Eh.. wa.. wa'alaikumussalam!" Jawab mereka serentak ada yang terbata dan ada yang terlambat.
Mata Reina menuju ke botol-botol minuman di atas meja, dan akhirnya keenamnya paham maksudnya Reina, dan segera menyingkirkan botol-botol tersebut. Mata Reina menatap tajam rokok-rokok mereka, dan mereka segera mematikan rokok-rokok mereka ke dalam asbak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...