....kesan pertama bertemu dengannya, bagaikan perusak angan-anganku menjadi semu....
*
**
***[No details proof reading.]
Dua hari kemudian,
"Rei, gimana? Sudah selesai pikir-pikirnya?" Tanya Ayahnya.
"Hmm..." Reina nampak berpikir, "gimana ya, Yah. Aku masih ragu..."
"Rei, sebaiknya kamu cepat putuskan. Karena, sahabat Ayah sudah menelpon, dia bilang anaknya setuju."
"Apa?!" Reina terkejut, "jadi, anaknya udah setuju, Yah?!"
"Iya, bahkan di hari pertama sahabat Ayah nanya ke anaknya, ia langsung setuju.."
Reina memutar- mutar pikirannya. "Ayah, apakah Ayah akan benar-benar bahagia, kalau Reina segera menikah?"
Ayahnya tersenyum, "Tentu saja, Rei. Apalagi kalau bisa segera kasih Ayah Cucu."
"Iihhh.... Kok bawak-bawak Cucu sih, Ayah!"
"Haha... Namanya juga orang nikah, Rei. Ya pasti pengen segera punya anaklah.." ... "Lagian, Ayah udah pengen banget nimang Cucu, takutnya Ayah nggak sempet."
"Ih.. udah donk, Yah. Jangan bilang nggak sempat terus."
Sebenarnya, Reina sudah beberapa kali memergoki Ayahnya sedang meminum obat. Reina juga menyadari bahwa kesehatan Ayahnya menurun akhir-akhir ini, namun ia tak sanggup untuk menanyakan kepada Ayahnya itu tentang penyakit yang dideritanya.
"Iya, iya, sekarang kamu pastiin keputusan kamu."
"Iya, Yah. Aku mau.." jawab Reina pelan. Ia benar-benar tak mau mengecewakan Ayahnya.
"Eh... Ayah nggak salah denger, Rei?"
"Iya, Yah. Tapi, aku mau saling mengenal dulu, siapa tau anaknya sahabat Ayah itu berubah pikiran pas kenal aku."
"Haha... Masak sih, putri Ayah yang cantik dan pintar ini nggak bisa naklukkin hatinya dia. Ayah tuh yakin banget nggak akan ada yang bisa nolak putri Ayah ini.."
"Ayah! Udah donk, aku kan jadi malu.." ucap Reina sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ya udah, Rei. Ayah mau hubungin dulu yah si Om Wira nya, ngasih tau kalo kamu bersedia.." pamit Ayahnya sebelum pergi menelpon Wirana dengan senyum sumringahnya.
Reina sebenarnya tak suka kata 'perjodohan'. Namun, ia sangat menyayangi Ayahnya, ia tak ingin menyakiti hati Ayahnya.
***
Di kediaman Sharga Kharis.
Wirana sedang menelpon putranya, Bagus. Karena sejak kemarin Bagus tidak kembali ke rumah mereka itu.
"Bagus cepat pulang!" Titah Ayahnya.
Beberapa jam kemudian, penantian Wirana akhirnya berakhir. Sang anak akhirnya menunjukkan batang hidungnya.
"Kemana saja kamu?" Tanya Wirana.
"I've bought my own place, Pa." Jawab Bagus santai.
Ayahnya bingung, "Apa maksud kamu?! Kemana kamu sejak kemarin?"
Wirana kira Bagus berfoya-foya, pergi ke klub malam dan menginap di hotel. Namun, nyatanya ia tak menemukan bukti transaksi dari kartu kredit anaknya. Lalu, tiba-tiba saja anaknya bilang ia sudah membeli tempatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
Lãng mạnSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...