Chapter 25 - menjalankan rencananya

1.3K 58 12
                                    

....akankah ia dapat segera mendapatkan apa yang ia inginkan? Mari lihat kekuatan dari 'usaha dan do',a'....

*
**
***

[Mengandung pembicaraan untuk 21+. No details proofreading. Beritahukan aku jika ada tulisan yg harus direvisi, jgn sungkan.

Bagus sedang memeriksa isi dari ponselnya Reina seraya duduk bersantai di sofa ruang tamunya menunggu sang istri selesai memasakkannya makan malam.

Pertama Bagus memeriksa isi dari pesan singkat dan chat dari ponsel tersebut. Tidak ada yang mencurigakan. Semua wajar-wajar saja, riwayat panggilan telpon dari Chandra dan Ayah serta ayah mertuanya mendominasi. Sedangkan dirinya tidak ada. Sejauh ini menurutnya masih wajar.

Kemudian Bagus membuka album foto gallery di dalam ponsel tersebut. Bahkan ada bagian foto pribadi dan ia tetap membukanya. Reina terkadang mengambil foto selfie dirinya saat bangun tidur atau saat ia ingin mandi.

"Aneh-aneh aja ni orang, foto pas mau mandi disimpen. Untung yang liat gue, suaminya. Kalo yang liat orang lain bisa berabe.." gumam Bagus. "Gue hapusin aja deh.." iapun menghapus sebagian foto yang menurutnya menunjukkan banyak bagian tubuh Reina.

Lalu, Bagus banyak melihat Reina saat di studio seninya bersama Chandra. Berbagai lukisan milik Reina dan Chandra ada di sana. "Elo beneran suka ngelukis yah..?" Gumamnya yang seharusnya ia tanyakan kepada orangnya langsung.

Setelah menjelajah lebih jauh, Bagus menyadari bahwa ia tak pernah mengambil foto selfie atau candid bersama Reina. Malah Reina beberapa berselfie ria bersama Chandra. Terakhir kali ia mengambil foto bersama Reina adalah pada saat istrinya itu wisuda.

Tapi, bisa dimaklumi karena Bagus memang tidak suka dengan yang namanya selfie.

Setelah Bagus puas memeriksa isi ponselnya Reina. Iapun menyusul sang istri yang belum juga selesai memasak untuknya.

"Cup.. Mm..." Reina sedang mencicipi masakannya. Ia tak sadar jika Bagus berada di belakangnya.

"Kak Bagus pasti suka!" Ujarnya riang, kemudian meneruskan kegiatannya masih belum sadar akan keberadaan sang suami.

Reina teringat ekspresi Bagus saat ia tiba tadi. "Ih.. kayaknya cara aku berhasil deh. Kak Bagus beneran nggak jadi marah kalo aku ngomongnya lembut dan nggak jutek kayak dulu." Cetusnya kepada dirinya sendiri. Tak sadar jika Bagus mendengarnya.

"Kalo gini, misi aku beneran bisa berhasil nih, yes..!!" Sorak Reina.

"Misi apaan?" Usut Bagus yang kemudian mengejutkan Reina hingga menjatuhkan sendok supnya.

"Kak Bagus ngagetin!" Ujar Reina seraya berbalik setelah meletakkan kembali sendok sup ke dalam pancinya.

"Eh, cepetan misi apaan?!" Usut Bagus kembali.

"Mmm.. entar aja yah Kak, eh Love. Aku masih masak." Dalih Reina.

"Ya elah, konsisten donk. Kalo mau manggil 'love' ya 'love', nggak usah diubah jadi 'kakak' atau apapun lagilah."

"Iya, aku mulai sekarang aku manggil Kak Bagus itu 'love' kalo kita di rumah.." ucap Reina dengan senyumannya.

"Ya udah, nih hape lo." Bagus meletakkan ponselnya Reina ke atas meja makan mereka. "Cepetan masaknya!"

"Udah selesai kok! Ini udah mau aku siapin ke atas meja."

"Ya udah cepetan!"

Reina sekarang tak mengambil hati semua bentakan Bagus. Ia berusaha bersikap selembut mungkin untuk meluluhkan hati Bagus dan melancarkan rencananya.

Mr.CEO vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang