....hari demi hari yang kulalui tanpamu, serasa semu. Mungkin aku tak pernah menyadari itu, dan kuharap aku tau....
*
**
***[No details proofreading.]
Hari pertama Reina di rumah mertuanya.
Ini hari minggu, Reina tak ada janji, walaupun di sore hari ia berencana ke studionya dengan Chandra. Namun, siang ini ia hanya berdiam di rumah mertuanya, bukan karena ia tidak krasan, hanya saja ia merasa sedikit bosan dan kembali terpikir bagaimana keadaan Bagus, sejelek apapun Bagus, ia tetaplah suaminya.
Siang itu Reina pikir, ia harus menelpon Bagus. Iapun duduk di taman belakang rumah, dan memandangi ponselnya. Mengumpulkan niatnya, lalu mulai mendial kontak suaminya itu.
"Rei? Kamu lagi apa di sini?" Usut Wirana, Ayah mertuanya. Ia menghampiri Reina dari arah belakang.
"Hah?!" Reina tersentak, karena itu tiba-tiba. "Ng... Anu, Pa. Aku mau nelpon Kak Bagus." Jawabnya.
"Bagus?"
"Iya, Pa."
"Ngapain sih kamu nelpon dia, Rei?"
"Ya, aku pengen tau aja kondisinya, Pa." Jawab Reina.
"Ya elah, belum juga genap sehari kamu di sini Rei. Biarin aja tu anak, Rei. Dia juga biasanya hidup sendiri dulu di Amerika."
"Tapikan sekarang, Reina itu istrinya, Pa."
"Nggak usah, Rei. Jangan telpon dia. Pokoknya Papa nggak bolehin!" Larang Wirana.
"Loh, kenapa, Pa?"
"Biar dia tau rasanya ditinggal sama kamu. Biar dia yang ngubungin kamu duluan. Jangan kamu yg duluan ngubungin dia, Rei. Pokoknya Papa nggak bolehin.."
"Ya udah deh, Pa. Aku nggak jadi ngubungin Kak Bagus." Tukas Reina.
"Ya udah, Papa masuk ya, Rei." Pamit Wirana.
"Eh.. tu.. tunggu dulu, Pa." Tahan Reina.
"Ada apa, Rei?" Wirana menoleh
"Mmm... Sore nanti aku mau keluar rumah boleh nggak Pa?" Tanya Reina.
"Sore jam berapa, terus kamu mau kemana?" Usut Wirana.
"Jam 3-an, Pa. Aku mau ngeberesin studio seni aku sama teman aku." Terang Reina.
"Pulangnya jam berapa?"
"Ng... Nggak tau, Pa. Tapi, aku usahain nggak lama kok, Pa. Sebelum malam udah pulang."
Wirana kemudian duduk di samping Reina.
"Rei, teman kamu itu laki-laki atau perempuan?"
"Mmm.." Reina merasa diinterogasi. "Laki-laki sih, Pa. Tapi, dia itu mentor aku dulu, Pa."
"Rei..." Wirana menatap Reina serius. "Kamukan sudah jadi istri orang. Jadi nggak baik kalau keluar rumah sama laki-laki lain. Walaupun Papa tau kamu nggak bakalan ngapa-ngapain. Tapi, itu nggak baik, nak." Reinapun tertunduk mendengar itu. "Maaf yah, bukan karena Papa ini Papanya Bagus. Tapi, karena kamu ini menantunya Papa, jadi Papa udah anggap kamu kayak putri kandung Papa sendiri. Maka dari itu Papa mau nasehatin kamu Rei."
"Mm.. iya, Pa. Nggak apa-apa, jangan minta maaf. Yang salahkan Reina bukan Papa. Jadi harusnya Reina yang minta maaf." .... "Kalau gitu, Reina nggak jadi aja deh, ke sana."
"Udah, Rei. Papa nggak apa-apa, Papa tau kok kamu suka seni. Ayah kamu pernah cerita, cuman kalau kamu beduaan aja itu yang jadi masalah." Terang Wirana. "Mm... Gimana kalau Papa anterin aja?" Tawarnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...