....my rules is my commands....
*
**
***"Udah Rei, nggak usah takut lagi. Nih kita udah di kamar... Udahan donk nangisnya..." Bagus masih berusaha menenangkan Reina.
Hingga beberapa menit, akhirnya Reina tenang dan tersadar bahwa ia memeluk Bagus. Iapun refleks melepas pelukannya. Namun, tak bisa Reina pungkiri, ia menyukai aroma tubuh Bagus.
"Ma.. makasih Kak." Ucap Reina terbata.
"Nggak usah pake terima kasih. Gue bukan cowok baik, yang tadi itu gue cuma refleks." Terang Bagus. Ia tak ingin Reina tertarik padanya, yang ia ingin adalah Reina takut dan tunduk padanya.
"Tapi, aku bakalan beneran jatuh kalau bukan karena Kak Bagus."
"Terserah elo, gue mau balik ngerokok depan TV. Gara-gara lo rokok gue tadi kebuang. Haduh sayang banget. Mana rokok sekarang mahal lagi." Bagus lalu pergi meninggalkan Reina di kamarnya.
***
Hari sudah mulai memasuki tengah malam. Reina masih berbaring di atas ranjang. Ia belum mengantuk, namun tak ada hal yang bisa ia kerjakan lagi di malam hari.
Namun, ia merasa sangat gugup.
Yeah, you know why. Karena itu adalah malam pertama mereka sebagai suami istri, dan she doesn't know what she has to do.
*Krieekk...
Suara pintu terbuka, dan Reina tersentak, ia berpura-pura tidur mencoba menghindari Bagus.
Bagus masuk ke dalam kamarnya, kemudian membuka pakaiannya dan menyisakan boxers-nya.
Jantung Reina benar-benar berdetak lebih kencang saat Bagus mulai naik ke atas ranjang. Reina semakin merapatkan matanya. Bagus masuk ke dalam selimut, berbaring membelakangi dirinya dan tidur. Hanya itu. Bahkan Bagus tidak menyentuhnya.
Reina diam-diam bersyukur dalam hati.
Keesokan paginya, Reina terbangun untuk ibadah shubuhnya. Namun, ia refleks menjerit saat mendapati dirinya sendiri sedang memeluk Bagus. Iapun refleks melompat turun dari ranjang.
"What the fuck?! Why are you screaming?!" Teriak Bagus yang terpaksa terbangun karena suara teriakan Reina.
Untuk beberapa saat pikiran Reina kosong, sampai saat Bagus mengulang pertanyaan darinya.
"Ma.. maaf, Kak Bagus. Aku... Mm... Aku... Aku...." Reina bingung menjelaskan bahwa ia berteriak karena terkejut saat melihat dirinya sendiri memeluk tubuh Bagus tanpa sadar saat tertidur.
"Oh... Gue tau, elo kaget karena meluk gue kan?" Tanya Bagus seraya menelisik wajah reina. "Ya elah, nih cewek. Belum diapa-apain jg kok udah teriak. Tenang aja, gue nggak bakalan ngelakuin itu kok selama elo-nya belum mau."
"Hah? Beneran Kak?" Usut Reina.
Bagus mengangguk dengan wajah datar, "Oke, gini, kita harus ngomongin tentang pernikahan kita ini. Jadi, elo nggak boleh minta uang ama Ayah elo ataupun Papa. Pokoknya elo harus mintanya ke gue. Terus, elo harus selalu minta izin ke gue, kalo mau pergi kemanapun atau ngelakuin apapun..."
Setengah penjelasan Bagus Reina rasa masih wajar.
"Terus elo boleh tidur seranjang sama gue selama gue bolehin. Lagi, selama elo belum ngasih gue 'itu', berarti lo harus rela gue perlakuin kayak pembantu di apartemen ini. Ingat ini apartemen gue, bukan elo. Jadi, kerjaan elo yang kemaren itu, harus lo kerjain tiap hari. Terus, lo nggak boleh nonton TV.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
Любовные романыSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...