Chapter 23 - She knows

1.3K 65 7
                                    

....sebuah kutipan lama, terjadi di antara duka lara....

*
**
***

[No details proofreading.]

Sampai tengah malam tiba. Bagus belum pulang juga. Reina pikir lebih baik ia tidur lebih dulu.

Namun, tidurnya terganggu saat mendengar suara ribut dari luar kamarnya. Reinapun segera menghidupkan lampu ruang tamunya dan mencari sumber keributan.

Rupanya, yang tadi itu adalah suara Bagus yang terjatuh ke lantai, karena mabuk.

Reina hanya bisa mengurut dadanya dan memohon ampunan kepada Tuhannya. Kebiasaan lama Bagus yang tak pernah hilang.

"Kak! Kak! Bangun!" Reina berusaha menyadarkan Bagus dengan menepuk-nepuk pipinya. Namun, Bagus belum merespon.

"Love! Ayok, kita masuk kamar!" Ia mencoba memanggilnya lagi agar Bagus tersadar. Ia sudah terlalu lelah, ia tak sanggup membopong tubuhnya Bagus.

"Love?! Hehe.. istri gua ternyata.. hehe.." Bagus benar-benar terbangun, tapi ia masih berbaring di lantai.

"Iya, ini aku, Love." Ucap Reina ketus.

"Ya udah, ayok mau berapa ronde? Hehe.." Bagus membuka jaketnya lalu ikat pinggangnya, masih dalam posisi berbaring.

"Ya ampun..." Reina hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia membiarkan Bagus membuka pakaiannya, ia juga membantu membuka sepatunya Bagus. "Udah, udah, Love. Sisain boxers-nya buat dibuka di kamar aja yah.." bujuk Reina.

"Haha.. oke, oke.." Bagus yang mabuk berat mengiyakan perkataan istrinya.

Lalu, Reina berusaha membopong tubuhnya Bagus ke dalam kamar. Setelah berhasil ia baringkan. Reina kembali keluar untuk memunguti pakaiannya Bagus yang berserakan untuk di taruh di ruang binatu.

Kemudian, ia kembali ke kamar.

Bagus berbaring terlentang hanya dengan boxers-nya. Reina kembali menggelengkan kepalanya, lalu berusaha memperbaiki posisinya Bagus lalu menyelimutinya.

Setelah, itu ia perlahan berbaring di sebelahnya Bagus.

Tiba-tiba Bagus memeluknya. "Love..." Serunya lembut dengan mata terpejam seperti orang yang mengigau.

Namun, Reina menutup hidungnya. Ia tak tahan dengan bau alkohol dari mulut Bagus. Dengan refleks, iapun mendorong tubuhnya Bagus.

"Jangan kasar, Love.." gumam Bagus masih dengan mata terpejam.

"Ya Allah, gimana aku bisa tidur?" Reina kemudian menarik bantalnya dan mencari selimut tebal di dalam lemari. Ia pikir ia akan tidur di lantai malam ini.

Malam itu entah dari mana, terlintaslah sesuatu di dalam benaknya. "Seandainya, aku nikahnya sama Kak Chand. Aku nggak bakalan ngalamin hal kayak gini. Kak Chand nggak mungkin pulang mabuk."

****


"Kak! Kak! Bangun! Udah pagi! Senin! Senin!"

Reina berusaha membangunkan Bagus pagi itu. Namun, sepertinya Bagus sulit sekali dibangunkan, karena semalam ia mabuk.

"Pergi! Gue masih ngantuk!!" Teriak Bagus.

Sepertinya, Bagus tak bisa dibangunkan dengan cara seperti tadi, pikir Reina. Mungkin cara yang lebih lembut seperti semalam bisa.

"Love, ini sudah pagi. Love... Love..." Seru Reina lembut.

"Hah? Apaan?" Sahut Bagus masih dengan mata terpejamnya.

Mr.CEO vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang