"...Dilema itu membuatnya terdiam..."
*
**
***[No details proofreading.]
"Aku hamil.."
Sebuah ungkapan yang keluar dari mulut Elisa, sungguh Reina dapat mendengarnya dengan jelas. Namun, hatinya berusaha memintanya untuk berpura-pura tak mendengar. Tubuhnya membeku, ia suungguh ingin berlari, tetapi ia tidak bisa.
"Rei.. Hiks... Aku sendirian.. Hiks.. Bagus membiarkanku.. Hiks.. aborsi.."
Perlahan Reina membalik tubuhnya kembali menatap wanita yang benar-benar tak ingin ia lihat, setelah lama ia membeku.
"Kalau memang benar kamu hamil anaknya suami aku.." Ucap Reina lalu kembali diam sejenak karena rasa sakit dari kata 'hamil' sebelumnya. Ia juga sudah tak perduli dengan pandangan orang-orang yang berada di kafe itu saat mencuri dengar. Jika ada seorang suami yang menghamili wanita lain rupanya. Mata orang-orang itu senada dengan telinga mereka yang penasaran dengan drama orang lain.
"... ..." Elisa masih diam menunggu perkataan dari Reina.
"Aku bakalan pastiin kalo bayi kamu nggak diaborsi." Ujar Reina seraya menahan rasa yang sangat pedih di hatinya.
"Su..sungguh? Ta..tapi.. Kalau Bagus nggak mau tang..tanggung jawab.. Hiks.. Aku juga nggak bisa mempertahankan bayi ini. Hiks.. Maaf.." Cetus Elisa. "Toh ka..kalo bayi ini hidup, itu bakalan jadi bayangan gelap buat pernikahan kalian.. Hiks.."
"Yang namanya bayi itu bersih tanpa dosa. Yang berdosakan kalian, karena perbuatan kalian dan bukan bayi itu, yang harus menanggung resikonya adalah kalian dan bukan bayi itu. Dan masalah tanggung jawab biar aku yang jelasin ke 'suami' aku..." Reina menekankan kata 'suami' dalam-dalam. "Tapi, ada syaratnya..."
"Hah?" Elisa nampak antusias.
"..kamu harus bisa buktiin kalo bayi itu anaknya Kak Bagus."
"Hiks.. Kalo gitu, biarin aku bawa kalian ke dokter kandunganku sekarang juga..!" Ujar Elisa.
"Cih..! Sekarang?" Mata Reina membulat seakan tak percaya. "Kamu pikir suami aku bukan orang sibuk?!" Ia berbicara agak sombong, nampak seperti bukan dirinya. "Lagian, aku masih belum percaya sama kamu tuh..!"
"Dasar siluman rubah!" Reina diam-diam mengumpat dalam hati.
"Ka..kalo gitu aku bakalan.." Belum sempat Elisa bicara, Reina langsung memotongnya.
"Kamu tunggu aja. Aku bakalan hubungin kamu setelah aku bicara sama 'su..a..mi' aku!" Penekanan kata 'suami' yang sama dari Reina. Walaupun apapun yang terjadi, status Reina masih kuat sebagai 'istri'.
Reina lalu langsung pergi dari kafe tersebut tanpa menoleh ke belakang ataupun menunggu sahutan Elisa.
****
Sore harinya. Di kantor milik Bagus.Bagus baru saja selesai dengan rapatnya. Salah seorang dari teman sekaligus karyawannya yang ia beri tugas khusus mendatanginya.
"Uhm... Boss..." Pelan-pelan Lexi menyeru sang atasan.
"Apaan?" Sahut Bagus dengan informal. Maklum saja mereka sudah lama berteman.
"Uhm.. Itu, laporan dari tugas khususnya.."
Mata Bagus membelalak, ia terlalu fokus dengan rapat yang baru saja selesai tentang perkembangan peningkatan fitur animasi dalam game online yang sedang mereka kerjakan dalam upgrade aplikasi selanjutnya. Ia sampai lupa dengan masalah rumah tangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.CEO vs Bad Boy
RomanceSeharusnya Reina memilih Chandra, tapi kenapa ia jadi menikah dengan Bagus. Kalau dibandingkan saja mereka bagaikan langit dan Bumi. Chandra adalah seorang pria sempurna di Mata para wanita, selain tampan, postur atletis, serta sopan, ia juga seoran...