☘ ☘ ☘
"Budayakan VOTE sebelum membaca, dan COMMENT setelah membaca."
• BAGIAN SEBELAS •
"Suatu hari, kabar gembira terdengar sepenjuru kerajaan.
Sang ratu melahirkan dua anak kembar. Putra penerus tahtanya telah lahir ke dunia.
Aku dan yang lainnya sering menyebutnya si Hitam dan si Putih."
☘ ☘ ☘
Kami sama sekali tidak bisa tidur.
Saat ini aku, Sherly, dan juga Sams sedang duduk di sofa berwarna emas. Entahlah apa yang terjadi di negeri ini, semuanya di dominasi oleh warna emas.
"Sebenarnya kita ada di mana?" tanyaku beranjak berdiri. Melayangkan kaki dan bergerak bak setrika dengan jari mengetuk-ngetuk dagu.
Sams yang sedang duduk itu menatapku. "Mamu tadi dengar tidak? Kita di Negeri Samesa, Na."
Benar, aku juga mendengar kata 'Samesa' Waktu kami makan tadi. Tapi di manakah negeri Samesa ini? Apakah negeri ini masih di bumi? Atau di planet lain?
Melihat pakaian yang dipakai oleh mereka, pasti ini bukanlah bumi. Tidak ada negara yang berpakaian dengan warna seterang itu. Bahkan suku yang hidup di hutan Amazon pun. Aku yakin itu! Tapi dimanakah negeri Samesa itu?
"Tapi yang membuatku bingung adalah bahasanya. Jujur aku belum pernah mendengar bahasa seaneh itu," ucap Sams mengeluarkan pendapatnya.
"Begitupun denganku, Sams." Sherly juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sams.
Aku menghentikan langkahku, menatap mereka berdua. "Tapi, kenapa aku bisa berbicara dengan mereka?"
"Aku juga tidak tau, Na. Tapi yang jelas kita sudah tidak berada di bumi lagi," jawab Sherly dengan menggeleng. "Bahkan tempat ini sangat berbeda dengan bangunan di bumi."
Benar apa yang dikatakan Sherly. Rumah Hap tidak memiliki gravitasi. Kadang kepalaku di atas, kadang menjadi di bawah. Namun, semuanya terlihat baik-baik saja. Hanya saja tempat ini sangat asing bagi kami.
Sams beranjak berdiri. Mau kemana dia?
Lelaki itu berjalan menuju rak buku yang terletak di samping kanan ranjang. Tangannya bergerak mengambil salah satu buku dengan sampul berwarna perak.
Dia berjalan kembali ke sofa. Membuka buku itu dan mengernyitkan dahi. "Kalian lihat! Tulisannya sangat aneh."
Aku berhenti menjadi setrika, melangkahkan kaki menuju Sams. Sherly yang sedang rebahan pun beranjak.
Aku duduk disampingnya, melihat tulisan yang ada di buku. 'Kisah si Hitam dan si Putih.'
Tanpa aku sadari, aku membaca judul di lembar buku itu.
Sams dan Sherly langsung menolehkan kepalanya ke arahku. "Kamu bisa membacanya?" tanya Sherly.
Aku mengangguk pelan. "Begitulah."
Jujur, aku tidak pernah melihat bentuk tulisan seperti ini. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa aku bisa membacanya?
Semuanya sangatlah aneh!Sams kembali membalikkan lembaran buku itu, kali ini aku belum membacanya. Tapi Sams lebih dulu menyuruhku untuk membacanya. "Kamu bisa baca ini, Na?"
Aku menyipitkan mata, melihat tulisan itu. 'Pada suatu hari, seorang gadis cantik bertemu dengan seorang raja yang sangat bijaksana.' Aku membacanya dalam hati.
"Aku nggak tau," jawabku bohong. Jika aku membalas 'bisa' maka Sams akan terus mengintropeksiku tentang bakat-mungkin- yang kumiliki ini.
Wajah Sams nampak berubah menjadi sebal. Entahlah aku tidak tau kenapa dia seperti itu. "Aku kira kamu tau. Yaudah deh." Sams beranjak berdiri hendak mengembalikan buku itu ke rak.
"Oh iya, tulisan tadi mungkin kamu hanya kebetulan, Na," ujarnya mengejek. "Jangan besar kepala. Siapa tau bukan itu artinya, kan?"
"Hmm, bisa jadi." Dengan malas, aku membalasnya.
Sams kembali duduk di sofa tempat aku dan Sherly duduk. Tangannya ia silangkan di depan dada. Dia kesal? Bodo amat!
Pintu ruangan kami terbuka, hingga seseorang memunculkan batang hidungnya (?)
"Kalian belum tidur?" tanya Hap. Dia menggerakkan kakinya untuk melangkah menuju sofa yang aku duduki.
Kami menggeleng kompak. "Belum."
Tapi untuk menjawabnya, hanya aku yang bersuara. Tetapi kenapa Sherly dan Sams bisa menggeleng, padahal mereka tidak mengetahui pertanyaan yang dilontarkan oleh Hap.
"Kenapa kalian bisa menggeleng?" tanyaku bingung.
"Emang kenapa kalau aku dan Sams menggeleng? Semua orang bisa melakukannya, Na," jawab Sherly.
Oh, ayolah. Kenapa sekarang otak Sherly menjadi sulit untuk bekerja. Bukan itu maksud pertanyaanku. Oke, mungkin aku salah mengucapakan kalimat tanya itu.
Aku menghembuskan napas, "Bukan itu, Sher. Kenapa kalian bisa kompak menggeleng padahal kamu dan Sams tidak tau pertanyaan itu?"
"Itu mudah, Na. Seperti pola pikir manusia kebanyakan. Mereka bertanya dengan pertanyaan yang sangat tidak berfaedah. Seperti dia. Kalian belum tidur? Jelas-jelas kami sedang duduk, tapi tuan Hap masih bertanya. Itu karena kerja otak manusia, menanyakan hal yang pertama mereka lihat," jelas Sams.
Tepat setelah Sams menjelaskan, Hap duduk di sampingku. "Kenapa kalian belum tidur? Ini sudah jam dua belas. Kalian harus tidur."
Aku menolehkan kepala kearahnya. "Entahlah. Kami masih bingung kami sedang dimana. Di negeri siapa dan di mana letaknya."
Dia menepuk pundakku. "Oh ayolah. Anggaplah seperti negeri kalian sendiri. Ngomong-ngomong apa nama negeri kalian itu?"
Aku hanya mengangguk. "Bumi. Apakah Anda tau negeri itu?"
Sams mencubit lenganku. "Dia ngomong apa?"
"Diamlah, aku sedang bertanya," jawabku memperingati agar diam.
Lagi-lagi Sams mendengus, dia langsung duduk dengan menyilangkan kembali tangannya.
"Maaf, aku tidak pernah mendengar nama itu. Oh ayolah, anggap saja kalian sedang berlibur. Ikuti aku, akan kutunjukkan sesuatu yang sangat menakjubkan ke kalian bertiga," Jawab Hap dengan wajah ceria. Dia beranjak berdiri dan mulai melangkahkan kakinya.
Segera aku mengikutinya, begitupun dengan Sams dan Sherly yang membuntuti.
Entah apa yang akan kami lihat. Yang jelas tidak lama lagi kami akan mengetahuinya.
☘ To be Continued ☘
Terima kasih sudah membaca.
Sampai jumpa di part selanjutnya...
Salam,
Nu_Khy
*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasy[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...