☘ Little Pierce #17 ☘

2.3K 237 0
                                    

☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

BAGIAN TUJUH BELAS

"Kabar duka datang di seantero kerajaan.

Sang raja yang telah lama memimpin negeri meninggal dunia.

Hal ini membuat kami sangat terpukul saat mengetahuinya."

☘ ☘ ☘

Saat kami-aku dan Ow- sampai di ruang makan, tepatnya terletak di atas ruangan tempat aku, Sherly, dan Sams muncul, kami langsung disuguhi dengan senyuman tulus tuan Hap.

"Kemari, Anna dan Ow." Tuan Hap menepuk kursi kosong, mempersilahkan aku untuk bergabung bersamanya.

"Oh, kamu sudah bangun, Anna. Aku kira kamu akan tidur sampai nanti sore," ujar Pyn sembari memainkan aksi memasaknya di dapur. Menggerakkan wajan dan alat masak lainnya tanpa menyentuhnya. Amazing.

Nanti malam, jika anak kecilmu tidak membangunkanku. Balasku dalam hati. Tidak mungkin aku mengucapkannya secara lantang. Bisa-bisa aku kena azab!

Durhaka dengan orang tua!

"Tadi aku yang bangunin Kak Anna, mah," kata Ow dengan menundukkan kepalanya. Kenapa dia? Apakah anak kecil ini merasa bersalah?

"Kamu! Kenapa kamu membangunkan orang yang sedang tidur?! Itu tidak baik, Ow. Dan ibu tidak pernah-"

Cepat-cepat aku memotong perkataan Pyn. "Nggak kok, Bu. Aku sudah bangun dari tadi. Ow tidak mengganggu tidurku," ucapku cepat. Tidak mau merusak acara makan kami.

"Benarkah begitu, Ow?" Kini, tuan Hap-lah yang bertanya.

"Maafkan aku, Pah. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin meminta Kak Anna bermain pesawat-pesawatan bersamaku."

"Ow tidak salah, aku sudah bangun dari tadi." Aku tetap kekeuh terhadap pendapatku. Meskipun itu tidak benar, tapi bagaimanapun aku tidak mungkin membiarkan Ow merasa bersalah karena perbuatannya. Karena hal sepele.

"Jadi, siapa yang benar?" Pyn bertanya. Dia sudah selesai memasak.

"Ow minta maaf."

Jujur, aku tidak bisa melihat Ow  seperti ini. Dia anak kecil, dan dia masih belum tahu menahu mana yang benar dan mana yang salah.

Aku yakin Ow sudah menangis saat ini. Kulihat bahunya yang bergerak naik turun karena sesenggukan yang diakibatkan oleh tangisnya.

"Di negeri kami, siapapun yang salah akan di hukum. Baik anak kecil maupun besar. Kami tidak memandang orang yang bersalah itu. Meskipun bagian dari keluarga kami. Karena menurut kami, kejujuran lah yang paling utama," jelas tuan Hap. "Kejujuran yang membawa seseorang ke arah kebahagiaan. Kebahagiaan yang selalu kami harapkan."

Aku hanya manggut-manggut memahaminya. Aku salut dengan  negeri Samesa ini. Tidak seperti negeri kami tinggal. Mereka selalu menganggap rendah masyarakat yang tidak mampu. Dan mengangkat orang yang derajatnya tinggi. Semua karena harta yang terus mereka kejar.

Meskipun masyarakat biasa benar, tapi jika berhubungan dengan uang, kebenaran tersebut akan musnah. Begitu juga dengan kejujuran. Manusia sudah dibutakan dengan uang.

Entah apa yang ada di pikiran mereka. Selalu uang dan uang. Apa mereka tidak pernah berpikir bahwa benda itu hanya bersifat sementara?

Ah sudahlah, memikirkan itu membuat perutku semakin lapar.

"Untuk Ow, kali ini ayah tidak akan menghukummu karena ada tamu, sumber kebahagiaan kita. Sebagai ganti, bangunkan kedua teman Anna." Kini nada bicara taun Hap terdengar lebih ramah. Bahkan tangannya sudah ia letakkan di pucuk kepala Ow. Mengelusnya dengan lembut.

Lha Ow mau dihukum karena membangunkan aku. Tapi kenapa malah tuan Hap menyuruh Ow untuk membangunkan kedua temanku?

"Apakah aku tidak dihukum lagi? Ayah memerintahkan Ow untuk mengganggu orang lain. Maksud Ow, membangunkan orang yang sedang istirahat," ujar Ow pelan, mungkin dia masih ketakutan dengan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"Kali ini berbeda, Ow. Ini perintah Papahmu," kata tuan Hap menjelaskan.

Kepala Ow bergerak naik turun dengan senyum mengembang sempurna. "Siap, Papah."

☘ ☘ ☘

"Se-la-mat pag-gi."

Aku tersentak kaget ketika mendengarnya. Apakah ini suara Sams? Si buluk dan si biang kekesalan hidupku? Tapi bagaimana bisa ia berbicara menggunakan bahasa negeri Samesa?

"Selamat pagi kembali. Hey, Sams. Nampaknya kamu sudah mulai memahami bahasa kami. Luar biasa."

Ternyata bukan hanya aku yang takjub ketika mendengar Sams berbicara menggunakan bahasa negeri Samesa. Ya meskipun masih kurang jelas dalam pengucapannya dan ada kata yang salah. Tapi hal itu tidak mengurangi rasa kagumku.

"Teri-ma Ka ka-sih," jawab Sams masih dengan bahasa asingnya.

Sherly hanya diam. Aku menjadi kasihan dengannya. Semenjak dia berada di sini, dia menjadi pendiam. Bukan karena hatinya yang sedih, melainkan karena dia tidak tau apa yang dikatakan oleh orang di sekitarnya.

Sumpah demi apapun aku sangat ingin tertawa mendengarnya. Tapi hal itu tidak kulakukan, mengingat situasi dan kondisi yang sedang terjadi.

"Silakan duduk." Ow menarik kursi yang tersisa, membiarkan Sams dan Sherly untuk mendudukinya.

"Terima ka-sih."

Oke, mungkin aku perlu mewawancarai si Sams. Setelah kami selesai makan.

Kami pun melaksanakan sarapan pagi dengan tenang, meskipun kadang-kadang gelak tawa terdengar karena kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Sams itu salah.

Sams hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ma-af."

☘ ☘ ☘

Thanks buat 1k reads-nya. Semoga kalian tambah suka dan Nggk bosen buat baca cerita absurd saya.

See you and thank you.

Salam,

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang