☘ Little Pierce #12 ☘

3K 294 2
                                    

☘ ☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

BAGIAN DUA BELAS

"Pada akhirnya, kami dibuat tercengang olehnya. Pemandangan yang sungguh luar biasa."

☘ ☘ ☘

"Kita mau kemana, Na?" tanya Sherly dengan kaki yang mulai berjalan di dinding.

Aku menggeleng pelan. "Aku juga tidak tau. Tapi, tuan Hap memerintahkan kita untuk mengikutinya," jawabku dengan sedikit takut. Jujur, aku belum terbiasa seperti ini. Berjalan di dinding tanpa berpegangan apapun.

Memang sih dinding ini tidak seperti dinding yang ada di bumi. Di sini, dindingnya seakan menarik kaki kita. Dan yang semakin membuatku kagum adalah, aku seperti berjalan biasa di lantai. Hanya saja penampilan sekitarku-lah yang miring. Atau memang diriku yang sepeti itu. Tidak ada yang tau mana bawah dan atas. Semua terlihat menjadi bawah saat aku menginjakkan kaki di lantai.

"Sudahlah, kita ikuti saja," sahut Sams yang sejak tadi kesal denganku.

"Baiklah." Akhir Sherly menyetujuinya.

Tidak lama berjalan-di dinding, akhirnya kami sampai di sebuah ruangan kecil dan di depan kami ada benda yang berbentuk tabung. Namun hanya bentuknya. Setelah aku mengamatinya lebih jelas, ada sebuah kaca transparan yang menyelimuti benda itu dan mengarah ke atas.

Benda tabung itu berwarna emas, membuat mataku tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya.

Beberapa detik mengamati, tuan Hap berkata, membuatku berhenti melamun. "Kalian belum pernah melihat benda itu?"

Aku menggeleng. Sama sekali belum pernah. "Belum, tuan. Ini adalah pertama kalinya kami melihat benda itu."

Hap tertawa pelan. "Benar dugaanku. Kalian bukanlah penduduk asli negeri ini."

"Kalian lihat itu," ucapnya dengan menunjuk benda berbentuk tabung. Kami mengikuti arah jarinya menunjuk.

"Benda itu merupakan alat transportasi kami. Bukan hanya di dalam tanah untuk bisa berpergian. Kami juga biasa menaikinya dari dalam rumah. Seperti yang kalian lihat, benda itu berbentuk tabung. Dan kami biasa memanggilnya Rednilis." Jelasnya. Aku hanya manggut-manggut mendengarnya. Ya, meskipun aku tidak terlalu paham dengan maksud tuan Hap.

Tapi bagaimana dengan Sams dan Sherly? Apa mereka tau kalimat yang dikatakan oleh tuan Hap? Aku sangat yakin, dua sahabatku sama sekali tidak tau!

"Kalian paham?" tanyaku kepada mereka berdua.

Sams dan Sherly kompak tersenyum kemudian menggeleng bersama. "Enggak!"

Aku tertawa melihat reaksi yang mereka tunjukkan. "Sabar yah, nanti aku jelaskan semua."

"Aku pegang janjimu, Na," kata Sams dengan serius.

"Ayok, kita masuk," ajak Hap kepada kami lalu melangkahkan kakinya menuju benda tabung itu.

Aku mengikutinya, namun tidak dengan kedua sahabatku. Aku mengembuskan napas sabar. "Mari kita masuk, temanku," ujarku dengan sesabar mungkin. Ya, mau bagaimana lagi? Mereka tidak tau apa-apa di tempat ini.

Aku dan kedua sahabatku, ah baiklah, aku memanggil Sams dengan sebutan sahabat, mulai berjalan menuju Hap yang sudah berada di dalam tabung itu.

Kami masuk ke dalamnya. Dan saat pijakan kaki pertama, aku langsung di buat takjub dengan apa yang ada di dalam benda ini.

Lihatlah! Meskipun kerja benda ini mirip dengan lift-mungkin, tapi tombol dalam Rednilis ini lebih banyak. Sangat banyak.

Dan yang semakin membuatku takjub adalah tabung ini transparan. Tidak seperti penampilan dari luar, yang terlihat seperti tabung berwarna emas saja. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan di dalamnya.

Kami bisa melihat pemandangan luar dari Rednilis ini.

"Wow, menakjubkan!" puji Sams kepada benda ini.

"Ya, aku belum pernah melihat lift dengan tombol sebanyak ini." Sherly juga sama. Ia kagum dengan benda ini, tak jauh berbeda denganku.

Belum selesai kami mengagumi benda tabung ini, tuan Hap lebih dahulu menekan sebuah tombol berbentuk lingkaran.

"Kalian siap?"

Tanpa menunggu jawaban kami, dia sudah menekannya terlebih dahulu.

Tak lama setelah itu, tabung yang kami pijak bergerak ke atas dengan cepat. Namun, kami sama sekali tidak merasakan perubahan gravitasi apapun. Perjalanan yang sangat nyaman.

Lima detik di dalam tabung, akhirnya benda yang kami tumpangi berhenti bergerak.

Tuan Hap menekan tombol dengan bentuk segitiga. Tak lama setelahnya, kaca transparan mulai terbuka.

"Ayok, aku tunjukan sesuatu yang lebih menarik dari benda tabung itu." Hap berjalan keluar dari Rednilis ini, dan kami hanya membuntutinya.

"Lihatlah! Negeri samesa."

To be Continued

Terima kasih sudah membaca cerita ini. Semoga kalian suka.
See you on next chapter..

Salam,

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang