☘ ☘ ☘
"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."
• BAGIAN TIGA BELAS •
"Suatu yang baru selalu menunggu di depan matamu."
☘ ☘ ☘
Negeri samesa di malam hari.
Aku kira pemandangan yang kulihat adalah jajaran bangunan bergedung tinggi menjulang ke langit.
Kaca-kaca yang tertata rapi membentuk bangun balok layaknya rumah kaca di bumi, dan juga jalanan yang ramai karena lalu lalang kendaraan.
Tapi seketika dugaan tentang negeri ini langsung sirna saat mataku melihatnya langsung.
Indah, sejuk dan damai.
Mungkin itu gambaran yang cocok untuk negeri Samesa.
Lihatlah! Tidak ada bangunan, jalanan, atau bahkan tempat wisata. Yang kulihat hanyalah lampu besar dengan warna yang sama. Semuanya tertata rapi di hadapanku.
Tapi ada sesuatu yang membuatku heran. Kenapa lampu-lampu itu memiliki tingkat ke-terang-an yang berbeda? Apa tujuan mereka membuatnya seperti itu?
Saat mataku menoleh ke arah kanan tanganku, banyak lampu yang bercahaya terang. Tapi, saat aku menoleh ke kiri, sangat sulit mataku untuk bisa menemukan cahaya yang benar-benar bersinar terang.
"Indah bukan?" tuan Hap bertanya kepadaku. Dia menatap ke arahku.
Aku menolehkan kepalaku ke arah kanan, menatap manik mata milik tuan Hap. "Sangat indah." Aku mengangguk setuju.
"Na, kenapa sinar yang dipancarkan oleh lampu itu berbeda-beda? Lihat, di sana terang, sedangkan di sana gelap." Tanya Sherly dengan menunjuk ke arah lampu itu. Kanan dan kiri secara bergantian.
Ternyata bukan aku saja yang bingung, Sherly juga. Tapi bagaimana dengan Sams? Kenapa dia tidak berbicara? Tidak seperti biasanya dia berubah menjadi keong. Atau dia masih kesal kepadaku? Entahlah aku tidak tau itu. Dan aku tidak ingin memikirkan itu.
Aku menggeleng menjawabnya. "Aku tidak tau, Sher. Aku juga sedang bertanya kepada tuan Hap."
"Negeri yang aneh," gumam Sams sangat pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.
"Hei!! Kamu tidak boleh menilai suatu tempat hanya dengan mata saja," tegurku kesal, enak saja dia mengejek negeri milik tuan Hap! Bukankah negeri ini terlihat indah karena keanehannya?
"Suka-suka aku lah! Kenapa kamu syirik?!"
"Apakah kalian sedang mendebatkan warna lampu itu?" tanya tuan Hap. Aku tau kenapa dia bertanya demikian. Ya, karena dia tidak tau apa yang sedang kami bicarakan ini. Begitupun dengan Sams dan Sherly yang tidak mengerti perkataan tuan Hap.
Aku menggeleng pelan, lalu tersenyum. "Tidak tuan, tapi kalau boleh tau, kenapa tingkat ke-terang-an lampu itu tidak sama? Apakah memang sudah diatur seperti itu?"
Tuan Hap hanya tertawa pelan kemudian wajahnya ia putar menatap ke lampu-lampu yang ada di depannya. "Mungkin kalian kira, lampu itu hanya sebatas penerang atau hanya sebagai pajangan. Jika kalian mengira seperti itu, kalian salah besar."
Kedua alisku bertaut. Apa maksudnya? Kenapa tuan Hap berkata demikian? Bukankah lampu-lampu dipasang memang untuk penerang di kegelapan?
"Akan ku jelaskan," lanjut tuan Hap disela lamunanku.
Aku hanya mengangguk, kembali memfokuskan pendengaran untuk bisa menangkap semua informasi yang disampaikan.
"Di negeri kami, lampu itu sering kami sebut plamp. Sebuah cahaya yang tercipta secara alami. Tergantung dengan kebahagiaan yang mereka alami saat ini. Entah siapa yang membuatnya terlebih dulu. Tapi benda itu seperti sebuah adat. Bersifat turun temurun. Dan asal kalian tau, plamp itu tumbuh dengan sendirinya di atas tanah, tepat di atas rumah."
Aku mengangguk-anggukan kepala mendengarnya. Jujur, aku kurang paham dengan penjelasannya. Dan dengan lampu yang tumbuh di tanah, itu sangat tidak mungkin!! Rumah yang di bawah tanah saja sudah membuatku keheranan. Dan ditambah dengan lampu yang tumbuh di atas rumah? Aneh.
"Dan kalian lihat itu." Tuan Hap menggerakkan jarinya, menunjuk sebuah plamp dengan cahaya yang sangat redup. "Semakin gelap cahaya yang keluar dari plamp, maka semakin besar pula kesedihan yang mereka alami," sambungnya.
"Jadi, kalau mereka sedang bahagia, lampu itu akan bersinar sangat terang?" tanyaku memastikan.
Tuan Hap mengangguk setuju. "Yups. Dan kalian lihat itu?" Kini jari telunjuk tuan Hap menuju ke plamp yang ada di atasku. Tepatnya ke arah plamp rumah tuan Hap.
Aku menggerakkan kepala untuk melihat lebih jelas lampu itu, begitupun dengan Sherly dan Sams yang mengikutinya karena ingin tau perbincangan kami.
Sangat terang, cahayanya sangat menyilaukan mata. Mungkin jika plamp milik tuan Hap dilihat dari jauh, mungkin plamp miliknya-lah yang paling terang dari plamp-plamp yang lain.
"Kenapa cahayanya sangat terang?" tanyaku dengan menyiptkan mata agar tidak terlalu silau.
"Kalian juga belum tau ini?" tuan Hap bertanya memastikan, ada nada ejekan terdengar di telingaku.
Aku menggeleng. "Kami belum tau, tuan Hap."
"Oke, mungkin malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi kita. Pengalaman kalian sangat minim dengan negeri ini."
Aku hanya mengembuskan napas, memang kami sama sekali tidak tau menahu tentang negeri ini. Semuanya masih terlihat asing di mataku.
Kami bukan penduduk negeri ini. Kami berasal dari negeri yang entah tuan Hap tau atau tidak. Jadi wajar semuanya terlihat berbeda.
☘ To be Continued ☘
Thank you sudah mampir ke work aku. Semoga kalian suka. See you on next chapter :)
Salam,
Nu_Khy
*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasia[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...