*****
Budayakan VOTE sebelum membaca, dan COMMENT setelah membaca :)• BAGIAN LIMA •
"Setiap kata, setiap kalimat bahkan huruf memiliki makna yang berbeda. Begitupun dengan perkataanmu waktu itu."
*****
"Na, bener kan kamu bisa transparan?"
Lagi-lagi aku harus bersabar dengan tingkah anak ini. Sejak kapan dia mau pergi ke kantin? Padahal biasanya dia selalu tidur di kelas ketika jam istirahat.
Aku menghirup napas panjang-panjang kemudian mengembuskannya. "Iya!!" jawabku sedikit membentak. "Puas sekarang, hah?!"
"Nah gitu dong, Na. Kalau kamu bilang seperti itu dari kemarin kan aku tidak perlu membuntutimu setiap hari." Sams tersenyum. Senyuman yang membuatku ingin mencabik wajahnya.
"Sudah kan?! Pergi sana!!" ujarku dengan maksud 'mengusir' secara kasar, bukan halus lagi.
"Kalau seperti ini kan semua percobaan dan penelitianku tidak berakhir sia-sia. Semuanya berhasil. Yess!"
"Ya ya ya..." Aku hanya menjawabnya asal, tidak mendengarkan perkataannya yang menurutku tidak penting.
"Okey, aku pergi dulu, byee."
Sams mulai menjauh dari pandanganku, aku sangat bersyukur itu.
"Beneran, Na?!"
Entah berapa kali aku mengembuskan napas mendengar pertanyaan aneh itu. Dan sekarang Sherly juga ingin tau?
"Kamu juga terhasut dengan omongan si buluk itu?!" Aku mencoba menanyainya. Berharap dia tidak percaya dengan bualan kosongnya.
"Eh? Enggak kok, yaudah deh makan lagi aja. Sebentar lagi masuk." Sherly terkekeh kemudian dia kembali menyendok baksonya yang mulai dingin.
Syukurlah, Sherly tidak terpengaruh oleh omongan Sams itu. Dan semoga saja dia tidak memikirkannya.
Bel masuk berbunyi, dengan terpaksa aktivitas makanku terganggu karena suara merdu itu.
Segera aku menghabiskan bakso dan es jeruk itu, kemudian membayar makanan beserta minuman itu dan beranjak kembali ke kelas.
☘ ☘ ☘
Pukul tiga lebih lima puluh.
Aku sedang berada di kamar dengan buku berada di pangkuanku.
"Na, itu ada gurumu. Katanya dia ingin bertemu denganmu."
Aku langsung meletakkan novel itu di atas bantal, kemudian beranjak dan berjalan menuju ruang tamu.
Siapa coba, datang sore-sore ke rumah? Apa tujuannya? Batinku jengkel.
"Iya mah," balasku.
Aku sedikit terkejut ketika melihat siapa yang datang. Miss Leona. Namun, dengan cepat aku langsung menormalkan keterkejutanku dan melangkahkan kaki yang sempat terhenti menuju sofa.
"Selamat sore, Miss." Aku berlagak senormal mungkin, meskipun rasa penasaranku sangatlah besar. Aku menyalaminya.
"Sore juga, Anna," balasnya tegas, seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasy[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...