☘ ☘ ☘
"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."
• BAGIAN DELAPAN BELAS •
"Senang bertemu denganmu kembali. Semoga ini bukan pertemuan terakhir kita."
☘ ☘ ☘
"Bagaimana kamu bisa berbicara dengan tuan Hap menggunakan bahasa negeri ini?" Interogasi pertama yang kulakukan. "Bukankah, kamu bilang, kamu tidak bisa bahasa negeri Samesa?"
Sams terlihat biasa saja, dia terus menatap ke arah kanan, kiri, atas dan bawah. "Masalah buat kamu?"
Saat ini kami sedang berada di dalam rednilis, dan tuan Hap berniat mengajak kami untuk membeli pakaian. Sudah dua hari aku dan kedua sahabatku tidak mengganti pakaian. Beruntung, tempat membersihkan tubuh di rumah tuan Hap bisa membersihkan seluruh tubuh dan juga pakaian yang digunakan.
Katanya sih pakaianku, Sherly dan Sams terlihat aneh. Karena itulah dia mengajak kami untuk membeli pakaian. Tapi, bukankah pakaian tuan Hap-lah yang terlihat aneh di mata kami?
Aku mengamati pemandangan yang ada di luar rednilis. Banyak sekali benda tabung berlalu lalang di dalam tanah. Entah berapa banyak pula rute yang ada, semuanya terlihat seperti akar tumbuhan. Sangat banyak dan tidak ada yang saling berpotongan.
Aku terperanjat. "Ya enggaklah. Nggak ada untungnya buat masalah sama kamu!" jawabku kesal. Tapi kenapa aku mudah sekali marah dengan Sams ya? Apa aku sedang datang bulan? Eh?
"Terus kenapa kamu bertanya begitu? Jika tidak ada masalah, pasti kamu tidak bertanya demikian," sahut Sams seperti biasanya, santai.
"Kamu ingin tau, Anna?" Sherly tiba-tiba bertanya, membuatku mengerutkan kening ku bingung.
"Tau apa?"
"Kenapa Sams bisa berbicara dengan tuan Hap dan keluarganya menggunakan bahasa negeri Samesa," jawab Sherly. Mungkin dia tau apa yang sudah dilakukan oleh Sams sebelumnya.
"Nggak penting!"
"Eh? Kok ngegas sih?" Aku terkejut ketika mendengar seruan Sams. Apa segitunya pernyataan Sherly?
"Tadi, setelah kamu menjelaskan semua yang keluarga tuan Hap katakan, Sams bertanya kepadaku. Dan kamu jelas tau anak satu ini kan, Na? Pertanyaannya sungguh membuatku ingin cepat-cepat tidur.
"Entah apa yang dia lakukan setelah aku tidur, tapi yang jelas aku mendengar suara buku jatuh. Dan aku yakin itu adalah ulah si biang kerok ini," jelas Sherly tentang kejadian tadi pagi. Dia menunjuk Sams yang terlihat santai menikmati pemandangan.
Aku mengangguk, jadi tadi pagi Sams tidak tidur dan dia mencoba mempelajari bahasa negeri Samesa?
"Apa yang kalian bicarakan?" Tuan Hap yang sedari tadi diam kini ikut berbicara. Tidak seperti biasanya, dia memencet tombol-tombol aneh saat menjalankan rednilis ini.
"Bukan hal penting, tuan. Apa perjalannya masih jauh?" jawabku dengan mengalikan topik pembicaraan. Lebih tepatnya malas memberi tau tuan Hap. Ribet.
"Oh begitu? Baiklah. Tidak lama lagi. Hanya lima menit dan kita akan sampai di tempat si tua itu."
☘ ☘ ☘
Mataku membulat sempurna. Mulutku terbuka lebar.
Aku tercengang melihat ruangan yang ada di dalam tanah ini.
Yups, kami sudah sampai di tempat penjual baju beberapa detik lalu.
Ruangan ini terlihat sangat luas dengan interior yang sangat berbeda dengan tempat penjual baju yang ada di bumi.
Seperti ruangan lain di negeri Samesa, ruangan ini juga di dominasi oleh warna kuning keemasan. Banyak sekali pakaian berterbangan kesana-kemari di atas.
Tunggu! Apa pakaian itu dibiarkan berterbangan bebas tanpa ada benda yang menggantungnya?
"Oh hey, anak ingusan. Lama tidak bertemu denganmu." Suara sapaan hangat terdengar dari arah depanku. Bukan hangat, melainkan sapaan mengejek.
Terlihat seorang pria tua dengan rambut dan janggut berwarna putih. Dari penampilannya aku dapat menyimpulkan kalau usianya pasti di atas 60 tahun.
Dia mengenakan pakaian yang sama dengan tuan Hap. Emas.
Tuan Hap menghampirinya kemudian dia memeluk kakek tua itu seakan menghilangkan rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu.
"Aku kira kamu sudah tidak menjual pakaian lagi, Sed. Kamu tidak jadi berjualan kripik?" Tuan Hap melepas pelukannya sembari bertanya.
"Oh hey. Aku masih setia dengan pakaian-pakaian ini. Sudah lama aku berbaur dengan benda ini. Meskipun rumahku sering sepi. Tapi tidak mengubah niatku untuk menjual pakaian hingga akhir hidupku."
Sepertinya mereka sangat akrab. Terlihat dari gaya bicaranya yang sangat lepas dan juga senyum yang mereka pamerkan. Terlihat alami. Tanpa dibuat-buat.
"Nampaknya, kamu membawa anak kecil kemari ya, Hap," ujar tuan Sed dengan pandangan menuju kami bertiga.
Sontak aku dan Sams tersenyum canggung ke arahnya. "Selamat siang, tuan Sed," sapaku dan Sams seramah mungkin. Sedangkan Sherly mengikuti tingkah kami beberapa detik kemudian.
Bukanya menjawab sapaanku, pria tua itu malah tertawa. Ada yang aneh denganku? "Jenis pakaian apa yang kalian kenakan wahai anak muda?"
Sekarang aku tau kenapa dia tertawa. Yups, semua karena penampilan kami.
Tuan Hap terlihat menepuk punggung tuan Sed. "Itulah alasanku kemari, pria tua. Apakah kamu memiliki pakaian yang pas untuk mereka?"
Sed tertawa lagi. Kemudian beranjak mencari pakaian untuk kami. "Tunggu, sebentar. Aku akan menyiapkan spesial untuk kalian bertiga. Kemarilah, wahai anak muda."
Kami menurut. Meskipun awalnya hanya aku yang berjalan ke arahnya. Tapi beberapa langkah setelahnya, Sherly dan Sams mengikutiku.
☘ To be Continued ☘
Maaf jika ada typo atau semacamnya. Harap dimaklumi.
Thank you and see you :)
Salam,
Nu_Khy
*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasy[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...