☘ Little Pierce #26 ☘

1.8K 172 4
                                    

☘ ☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

BAGIAN DUA PULUH ENAM

"Karena kami, masalah berguguran menghujani mereka yang mencoba untuk membantu dan menyelamatkanku."

☘ ☘ ☘

"Tidak ada waktu lagi, mereka akan menyerang!"

Sesaat setelah kalimat itu terdengar alisku langsung bertaut, banyak pertanyaan yang hinggap di pikiranku. Siapa yang menyerang? Kenapa mereka menyerang? Dan apa yang harus kami lakukan? Perkataan Miss Leona sangat rancu.

"Hey, Leona. Siapa yang akan menyerang. Dan apa yang akan mereka serang? Atau mereka akan berkunjung ke perpustakaan tuan Same?" Tuan Hap bertanya, dia menutup sempurna buku bergambar bulan itu. Malas membacanya.

"Perdana menteri negeri Samesa, dan mereka akan datang ke perpustakaan ini," jelas Miss Leona dengan wajah tegang.

Aku masih memahami perkataan demi perkataan yang mereka lontarkan, jadi aku hanya bisa mendengarkan hingga ada kesimpulan yang bisa di dapat. Menutup mulut merupakan keputusan yang paling baik.

"Kenapa mereka menyerang perpustakaanku, aku tidak ada urusan dengan Perdana Menteri tamak itu, dan aku tidak mau terlibat dengannya," sergah tuan Same. Nampak rahangnya mengeras seakan ada masalah yang terjadi di masa lalu di antara mereka.

"Kalian tidak mengetahuinya? Tentang peraturan negeri ini," jawab Miss Leona.

Aku sekarang tau arah pembicaraan mereka. Masalahnya bukan lain adalah kami bertiga. Tuan Hap telah melanggarnya dan dia akan dihukum karena perbuatannya.

Tapi bagaimana mereka tau kami ada di sini?

"Oh, aku tau. Pasti karena aku membawa tiga anak ini. Dan mereka mengira mereka adalah anakku? Begitu?" Tuan Hap bertanya memastikan.

Miss Leona mengangguk, yang berarti pertanyaan tuan Hap dan dugaanku benar. Flens, perdana menteri dan pasukannya akan datang kesini.

"Apa yang harus kami lakukan, Miss?" Sams bertanya, tidak mungkin kami menyerang apalagi menyerah tanpa perlawanan. Itu bukanlah jiwa kami.

"Kalian harus pergi sebelum mereka datang," sahut Miss Leona. "Sekarang."

"Tapi Miss, kami harus pergi kemana? Bukankah Anda yang memerintahkan kami untuk pergi ke negeri ini dan sekarang Anda akan mengusirnya?" balasku tidak percaya.

Bagaimana mungkin, baru beberapa hari kami di sini dan sebuah masalah besar sudah menimpa kami. Kami belum sempat menikmati seisi negeri ini.

"Hap akan membawa kalian pergi, ke daerah yang tidak akan ditemukan oleh mereka. Bagaimanapun kalian belum siap untuk bertarung dan kalian harus melatihnya," jawaban Miss Leona membungkam mulutku. Dugaanku salah. Aku masih bisa di negeri ini dan akan pergi entah kemana. Melarikan diri lebih tepatnya.

"Jika itu yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan sumber kebahagiaanku, aku akan melakukannya." kata tuan Hap dengan senyuman yang menenangkan meskipun aku yakin suasana hatinya tidaklah sama.

"Pergilah kalian ke tempat pengasingan anak-anak yang disandera. Mereka tidak akan mendatangi tempat itu. Aku dan Leona akan mencegah mereka, melawannya dengan kekuatan yang kami punya. Kebetulan aku sudah lama tidak mengasah kekuatan tongkatku." Tuan Same memberi pendapat.

Tuan Hap, aku dan Sams mengangguk, sedangkan Sherly hanya dia membisu karena ia sama sekali tidak tahu apa yang kami bicarakan.

Aku mengelus pundaknya, memberikan ketenangan kepadanya. "Nanti aku jelaskan, yang terpenting bagi kita adalah mengikuti apa yang diperintahkan."

Sherly tersenyum. "Terima kasih, Anna." Aku membalas senyumnya.

"Tidak ada waktu lagi. Kalian harus kembali ke rednilis dan menjalankannya secepat mungkin." Miss Leona berkata, kini raut wajahnya tidak setenang sebelumnya.

"Kita bergegas. Sekarang!"

Kami mengangguk,

Namun, sebelum itu, tuan Same mengambil sebuah tongkat yang tersimpan di ruangan bawah rak, dia kembali menuju kami.

Dan detik itu juga, ketiga orang itu beranjak dan segera pergi keluar perpustakaan. Kami mengikutinya.

Menaiki gnirip dan menjalankannya  kami mulai melewati lorong-lorong perpustakaan, hingga kami dapat melihat halaman bangunan yang dipenuhi oleh rumput dan bunga.

"Bergegaslah ke rednilis dan lajukan dengan kecepatan maksimal." titah tuan Same memindahkan tongkatnya ke tangan kiri.

Kami bertiga mengangguk, dengan Sherly yang hanya mengikutinya beberapa detik selanjutnya.

Namun, tepat di sebelah barat, di depan matahari sore, sebuah pusaran emas mulai terlihat dan semakin lama semakin membesar hingga menutup cahaya matahari sepenuhnya.

Seketika, perpustakaan ini terlihat gelap, cahaya remang-remang dari lampu perpustakaan tidak bisa menerangi ruangan ini sepenuhnya.

Kami terlambat masuk ke rednilis dan kami harus menyambut kedatangan mereka.

"Mereka sudah datang! Lebih cepat dari perkiraanku."

Detik itu juga, kapal terbang ukuran king mulai menampakkan mulutnya dan disusul dengan kemunculan robot-robot di sampingnya. Mengerumuninya bak makanan dan semut.

Portal mereka terbuka dan entah bagaimana pula kami melawannya.

Kami kalah jumlah, dan kami bertiga belum bisa bertarung.

Sore ini, pertempuran akan meledak dan kami tidak tau bagaimana menanganinya.

To be Continued

A/n : Thanks buat yang udah membaca, semoga kalian masih suka dan selalu menunggu notif updetnya.

Maaf kalau cerita ini tidak sebagus karya author lain, karena saya masih belajar.

Dan maaf kalau ada typo...

Jangan lupa VOMMENT. And see you...

Salam

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang