☘ Little Pierce #39 ☘

1.7K 127 2
                                    

☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

• BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN •

"Hingga pertarungan dimenangkan oleh si Hitam."

☘ ☘ ☘

Setelah menceritakan semua perbincangan yang terjadi kepada Sherly, Aku mencoba memejamkan mata, tapi semuanya sia-sia. Aku mengantuk, tapi aku tidak bisa tidur.

Aku menoleh ke kiri, Sherly sudah tidur. Dekuran kecilnya terdengar beraturan, seirama dengan deru napasnya.

Aku mengubah tidurku menjadi duduk. Menyibakkan selimut dan berjalan keluar.

Sepertinya udara malam bisa membuat kantuk dan benar-benar bisa mengantarku tidur.

Aku membuka pintu kamar. Keluar. Sekarang aku tau posisiku ada di mana. Di ruangan atas.

Mataku menyapu pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Semuanya telah tidur. Lampu-lampu kecil di samping ranjang bersinar redup, menemani waktu malam mereka.

Aku menunjuk tangan ke atas-tepatnya ke bagian bawah bangunan ini. Dan seketika aku sudah di bawah. Seperti taleportasi, tapi ini sangat cepat dan nyaman.

Aku berjalan keluar, hawa dingin langsung menyeruak, menyelimuti kulit putihku.

Bulan tergantung di atas ruangan ini, taburan bintang melukis indah langit-langit.

Aku menatap ke kiri, ada seorang di sana. Entah siapa dia, dia sedang duduk di kursi. Membelakangi posisiku berdiri saat ini.

Aku mendekatinya, semakin dekat dengannya. Seorang pria berusia sekitar empat puluh tahunan.

Samar, aku dapat mendengarnya berbicara dengan seorang melalui sebuah hologram.

Aku bersembunyi di balik pohon, jarak kami hanya terpaut sepuluh meter.

"Aku sudah membawa mereka. Semuanya berjalan dengan mulus."

Tunggu! Aku tau dia. Dia tuan Hap! Tapi apa yang sedang ia lakukan, dengan siapa ia berbicara?

"Kapan kamu akan datang ke sini, misi kita akan berhasil. Hanya satu langkah lagi."

Kembali, tuan Hap berbicara. Sialnya aku tidak bisa mendengar balasan dari lawan bicaranya.

Aku berbalik, segera berjalan menjauhi pria itu. Namun sialnya, kakiku menginjak ranting yang membuat suara, dan hal ini diketahui oleh tuan Hap.

Aku menutup mulutku, sial! kenapa ini bisa terjadi. Dan, aku harus mengatakan apa kepadanya.

"Anna, apakah itu kamu?" tanya tuan Hap. Dia sudah di belakangku, hanya satu meter.

Aku memutar tubuhku seratus delapan puluh derajat, menatap wajah pria itu. "A-aku hanya sedang menikmati suasana malam hari."

Alis tuan Hap terangkat. " Ini sudah larut, Anna. Masuklah dan istirahat."

Aku hanya mengangguk, mengiyakan permintaannya. Segera aku mengayunkan kaki berjalan masuk ke dalam asrama. Sebelum kejadian buruk menimpaku.

Dengan langkah cepat, tanpa suara berlebih, aku masuk ke asrama, membuka pintu kamar dan menutup mata.

Ada yang aneh dengan tuan Hap. Entah apa yang dia sembunyikan.

☘ ☘ ☘

Pagi hari. Suara gemericik air terdengar berirama di luar asrama.

Nampaknya pagi ini, ruangan tempat aku dan kedua sahabatku berlindung sedang diguyur hujan.

Lucu memang, bukankah ruangan ini merupakan buatan mereka sendiri? Jadi merekalah yang membuat semua fenomena alam ini.

Kami sudah berkumpul di ruang makan. Tempat yang terletak di bagian belakang asrama.

Sekitar sembilan puluh anak kecil duduk di kursi berwarna emas, mereka tengah berbincang dan tertawa bersama. Mereka terlihat sangat ceria, seakan tidak ada beban di hidup mereka.

Namun aku tidak boleh menilai kebahagiaan seorang dari senyumnya. Kata orang senyum itu memiliki banyak arti. Entah itu senyum bahagia ataupun senyuman penuh luka.

Semenjak kejadian tadi malam, tuan Hap tidak seceria biasanya. Dia hanya diam. Tatapan kini berubah menjadi tatapan sinis.

Ruang makan ini sangat ramai. Tapi setelah makanan datang semuanya langsung menutup mulut, menikmati sarapan pagi dengan kacang kedelai. Bukan, maksudku bentuk makanannya saja yang mirip dengan kedelai, tapi rasanya seperti sereal.

Mereka diam, suasana ruang makan ini sangat hening. Hanya ada suara tetes air hujan yang melantun merdu, menemani waktu kami makan.

Lima menit kami diselimuti oleh keheningan, akhirnya nona Ra membuka suara.

Aku salut dengannya. Dia sudah tua, tapi ia bisa mengasuh anak kecil sebanyak ini.

"Anak-anak, waktu makan kita telah selesai. Kalian tau sekarang hari apa?" Nona Ra bertanya.

Dia menjentikkan jari, dan setelah itu, piring dan gelas langsung sirna.

"Hari dimana kita bergandeng tangan!"

"Membetuk lingkaran!"

"Dan berdiam diri!"

Beberapa anak menjawab pertanyaan nona Ra. Wanita tua itu tersenyum, dia beranjak. "Kita mulai sekarang."

Sebenarnya aku masih bingung dengan apa yang akan dilakukan anak-anak itu. Aku menoleh ke arah tuan Hap, hendak bertanya. Namun lagi-lagi sesuatu yang janggal terjadi.

Tuan Hap tersenyum, menarik sebelah bibirnya ke atas, membuatnya terlihat seperti pen-jahat.

Ada yang aneh dengannya. Dan cepat atau lambat, hal itu akan kami ketahui. Tidak lama lagi.

To be Continued

A/n : Allo,,, kembali lagi dengan cerita petualangan Anna dan kawan-kawan.

Semoga kalian tetep setia dan suka sama cerita absurdku ini ya.

Thank you and see you...

Satu parti lagi ending. Xixixi

Salam

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang