☘ ☘ ☘
"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."
• BAGIAN TIGA PULUH TIGA •
"Dugaan kami benar, bertahun-tahun setelahnya. Perkebunan, persawahan, dan perekonomian kami berkembang pesat. Kami makmur."
☘ ☘ ☘
Portal tersebut semakin membesar, hingga sebuah kapal terbang ukuran sedang menyelinap masuk ke ruangan kami.
Tepat di arah utara, mereka telah menemukan ruangan kami.
"Bergegas masuk ke pondok, anak-anak." Nona Tan menggiring kami untuk masuk ke pondoknya.
Tanpa perintah dua kali, kami berempat langsung menggerakkan kaki memasuki bangunan tua itu.
Kami langsung bersembunyi di dalam pondok, meninggalkan tuan Pet yang sedang melakukan aktivitasnya, bercocok tanam.
Eh? Tunggu. Kemana perginya rednilis milik tuan Hap. Dan di mana pula peralatan yang digunakan untuk memperbaikinya? Bukankah tadi sebelum kami masuk tuan Hap masih berkutik dengan benda itu?
"Kalian akan baik-baik saja di sini," ujar nona Tan dengan menutup semua gorden pondoknya. "Untuk saat ini."
Aku melihat ke luar, di mana sebuah pesawat tempur telah mengambang sempurna di ruangan tuan Pet.
Pesawat itu sendiri. Tidak ada robot-robot penjaga seperti sebelumnya.
Portal menutup, dan disusul dengan terbukanya pintu pesawat tempur itu, hingga nampaklah seseorang di dalamnya.
"Flens, untuk apa dia datang ke ruanganku?" Nona Tan nampak terkejut ketika melihat pria itu.
"Mereka mencari kami, nona Tan." Sams berkata dengan merapikan rambutnya yang berantakan.
Nona Tan hendak berjalan keluar, namun cepat-cepat tuan Hap mencekal lengan wanita tua itu. Tuan Hap menggeleng, dan berkata. "Biarlah si pikun itu yang menyelesaikannya."
Nona Tan berhenti, kemudian menatap orang yang di depannya, tuan Hap. "Aku tidak bisa membiarkan suamiku melawan lelaki busuk itu. Bisa-bisa kapal si busuk itu akan hancur di tangannya."
"Oh, itu bagus dong," Sams berseru semangat. "Jika dia mati, kalian semua akan bebas dari kekangan pria tua itu kan?"
Belum sempat kami menjawab pernyataan Sams, suara di luar pondok mengalihkan perhatian kami.
"Pet! Apakah itu kamu, si tua pikun?" teriak seorang yang ada di dalam kapal.
Aku mendongkak ke atas, empat puluh lima derajat, tepat di wajah Flens.
Mataku bergulir menatap ke bawah, saat itu juga dahiku dipenuhi oleh kerutan tanda tanya. Tuan Pet nampak mengabaikan suara Flens.
Tuan Pet terus melanjutkan pekerjaan mencangkulnya yang telah ia lakukan entah sejak kapan. Aku tidak tau itu.
"PET!!" Flens nampak tersulut karena merasa panggilannya dianggap angin lalu.
Lagi-lagi tidak ada jawaban dari tuan Pet. Dia masih melanjutkan pekerjaannya itu. Dan lihatlah, dia mulai menanam biji kedelai.
Wajah Flens memerah, mirip dengan tomat busuk. Tanpa aba-aba dia langsung terjun ke bawah.
Aku memekik tertahan melihatnya, namun sepersekian detik selanjutnya, sepatu yang dikenakan Flens mengeluarkan asap dan tubuh pria itu bisa mengambang di udara.
Dia turun ke bawah, mengetukkan tongkatnya di tanah. "Aku telah memperlakukanmu dengan sesopan mungkin, tapi apa yang aku dapat, hah?! Apakah kamu bisa mendengarku, tuan pikun?"
Kacang! Lagi dan lagi, tuan Pet mengacangi Flens.
"Cukup sudah, aku muak denganmu!"
Flens mengacungkan tongkatnya ke arah kami. Tepatnya ke arah bangunan tempat kami sembunyi.
Sedetik kemudian, sebuah ledakan terdengar di teras pondok tuan Pet. Menghancurkan pot-pot berisi bunga milik nona Tan.
Wajah nona Tan langsung berubah, kesal bercampur marah. Dia mengeram, melepas cekalan tangannya dari tuan Hap.
"Dia sudah keterlaluan. Aku tidak akan membiarkannya berbuat seenaknya di padang rumput milikku." Nona Tan berjalan keluar, namun lagi-lagi tuan Hap mencekalnya.
"Kamu tidak boleh egois, nona Tan. Atau kami akan-"
Belum sempat tuan Hap menyelesaikan kata-katanya, nona Tan mendahuluinya.
"Jika keadaan terdesak, tepat di perapian itu, sebuah portal pintu bisa menyelamatkan kalian. Bukalah portal itu menggunakan kunci milikmu, Anna dan kalian akan sampai di tempat tujuan kalian." Usai memberi tahu kami jalan keluar, nona Tan langsung melesat keluar. Menggunakan teknik taleport yang sangat hebat.
Cekalan tangan tuan Hap langsung tergantikan oleh angin kosong. Menyisakan kamu berempat di dalam pondok tuan Pet.
"Bagaimana ini, Na? Kita tidak bisa bertarung. Dan aku sangat takut." Sherly mengeluh, pelipisnya telah dipenuhi oleh keringat.
"Tenanglah, Sher. Kita akan baik-baik saja. Lagipula kita bisa kabur menggunakan perapian itu, bukan?" Aku menenangkannya. Kasihan dia, terlalu parno dengan hal-hal yang berbau perkelahian.
Sedangkan di luar sana, nampak tuan Pet dan nona Tan berdiri saling berdampingan. Menatap Flens dengan mata tajam.
"Pergi atau aku-"
☘ ☘ ☘
A/n : sengaja aku buat nggantung XD, biar greget.
Tunggu lanjutannya ya. Jan lupa untuk VOMMENT.
See you next chapter :)
Salam
Nu_Khy
*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasy[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...