☘ ☘ ☘
"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."
• BAGIAN DUA PULUH DUA •
"Setiap pertanyaan yang kalian punya pasti akan ada jawabannya. Entah itu sekarang, besok, ataupun lusa."
☘ ☘ ☘
"Hey, apakah kalian hanya akan berdiri di sana terus, wahai."
Suara seorang pria tua terdengar dari arah kananku. Segera aku menoleh ke arah tersebut.
Benar saja, seorang pria sangat tua dengan janggut dan rambut sudah berwarna putih gading. Pakaian yang ia kenakan agak berbeda dari penduduk lainnya. Dari warna dan perhiasan yang menempel. Dan juga kacamata yang ia kenakan.
"Oh, Kakek Same. Nampaknya Anda bisa mendengar kedatangan rednilisku. Aku akui pendengaran milikmu memang sangatlah tajam." Tuan Hap mengacungkan kedua jempolnya kepada pria tua itu.
"Apakah itu kamu, Hap?" Pria tua itu memperbaiki letak kacamatanya agar bisa melihat dengan jelas. Dia berjalan mendekati kami.
"Oh ayolah. Apakah Anda bisa melupakan bocah yang sudah menghilangkan buku pentingmu itu?" Tuan Hap merajuk karena Same lupa kepadanya.
Tiba-tiba tuan Same memeluk tuan Hap, tangannya ia tepuk-tepukan ke punggung tuan Hap. "Anak itu, apakah kamu sudah menemukannya, bocah ceroboh?"
Tuan hap tak mau kalah, dia juga membalas tepukannya itu. Bahkan lebih keras dari tepukan tuan Same. "Tentu saja sudah aku jual, penjaga perpus medit."
Mereka berdua melepas pelukan itu kemudian tertawa bersama. "Nampaknya, berjalannya waktu tidak pernah merubah sifatmu, Hap."
"It's me. Dengan kecerobohan yang tiada tanding." Tuan Hap malah memuji dirinya sendiri. Atau malah menghina. Tidak jauh berbeda.
"Ada perlu apa kamu kesini, dan hey.. siapa ketiga anak ini?" Tuan Same terlihat ceria, wajah keriputnya nampak jelas ketika ia tersenyum.
Aku memperkenalkan diriku dan juga kedua sahabatku.
"Rupanya kalian tamu di negeriku, ya. Ternyata mitos itu benar-benar ada. Dan mungkin akan segera terjadi." Tuan Same berbicara dengan pandangan ke atas.
"Oh hey, aku lupa menyambut kalian. Selamat datang di perpustakaan negeri Samesa. Silakan masuk. Tidak baik kita berbicara di tempat seperti ini. Mari kita masuk dan berbincang hangat. Mungkin aku memiliki sesuatu untuk kalian." Tuan Same mengajak kami masuk. Menggiringnya satu persatu.
Tuan Same berjalan di depan, menuju pintu yang letaknya tidak jauh dari tempat kami berdiri.
Kami memasukinya.
Aku kira, setelah melewati pintu ini kami akan langsung masuk kecdalam ruangan berisi ribuan buku, namun dugaanku salah besar.
Lihatlah! Di depan kami, tepat aku berdiri, sebuah taman menghiasi sebuah bangunan bercat putih susu.
Bunga-bunga bermekaran dengan bau yang sangat menyengat penciumanku. Harum. Gumamku ketika menghirup udara di sini.
Bukan hanya itu. Dua air mancur raksasa nampak berdiri kokoh tepat di depan bangunan yang ku yakini adalah perpustakaan.
Kupu-kupu dan burung berterbangan bebas, singgah dari bunga dan dahan satu ke bunga dan dahan lainnya.
Aku menatap ke atas. Sinar matahari terasa sangat hangat di kulitku. Awan putih nampak seperti tumpahan cat yang menghiasi langit bangunan ini.
Dua menit mengagumi bangunan ini, tiba-tiba ada sesuatu yang janggal hinggap di pikiranku.
Dua detik berpikir akhirnya aku tau kejanggalan itu.
Aku menganga, saking tidak percayanya. "Ba-bagaimana ada matahari dan awan di ruangan ini. Bukankah ini berada di dalam tanah?"
"Nampaknya jiwa kepekaanmu kuat juga. Baru pertama kalinya, seseorang bertanya demikian. Dalam waktu seribu tahun ini." Tuan Same malah memujiku. Hah? Benarkah?
"Ini hebat, Na. Bagaimana semua bisa tertata begitu rapi? Dan bagaimana bisa ada matahari dan awan di langit? Bukankah ini di dalam tanah?" Kini Sherly lah yang bertanya.
"Aku sedang menanyakannya, Sher. Aku juga bingung," jawabku jujur. Sungguh kasihan sahabatku ini. Haruskah aku menjelaskan langsung saat ada orang berbicara? Ugh terlalu melelahkan.
"Begitu ya, Na." Sherly menggaruk rambutnya.
"Apakah ada yang bisa menjelaskannya? Jika di antara kalian ada yang bisa menjelaskan kenapa ada matahari dan awan di ruangan ini. Aku akan memberi hadiah. Hadiah yang sangat-sangat kalian inginkan."
Dahulu semakin mengernyit. Bukannya menjelaskan, tuan Same malah bertanya balik kepada kami.
Aku menatap ke Sams, tidak biasanya dia diam. Apa dia sedang menahan boker? Nggak, nggak mungkin si Sams nahan boker!
"Mungkin aku tau jawaban yang Anda perlukan, tuan Same."
Hah? Apa? What? Sams tau jawaban dari pertanyaanku ini?
"Seperti...."
☘ ☘ ☘
Hayooooo.... Kepo nggak nih? *Nggak -_-
Maaf ya kalo ada typo ataupun semacamnya. Dan maaf lagi kalo cerita ini aku gantungin. *Ketawa semut..
Jangan lupa untuk VOMMENT. Thank you and see you :)
Salam,
Nu_Khy
*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasy[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...