☘ Little Pierce #38 ☘

1.5K 131 4
                                    

☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

• BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN •

"Berhari-hari, berminggu-minggu, si Hitam dan si Putih bertarung, saling merebut dan mempertahankan kekuasaan."

☘ ☘ ☘

Tuan Hap terdiam beberapa detik, hingga ia kembali membuka suara. "A-aku tahu itu dari Miss Leona dan tuan Same. Bukankah dia pernah memberi tahu hal tersebut?"

Aku melihat gelagat tuan Hap. Dia terlihat gugup. Apakah dia menyembunyikan sesuatu?

"Hey Hap! Santai, kenapa kamu berkata seperti dikejar robot flamos-robot hantu negeri Samesa?" Nona Ra menepuk pundak tuan Hap.

"Sebaiknya kamu minum dulu, dan upsss, maaf. Aku belum memberi kalian minum." Nona Tan langsung menjentikkan jarinya dan setelah itu lima gelas berisi cairan berwarna hijau tosca muncul di depan kami.

Segera tuan Hap mengambil gelas tersebut dan meneguknya. Dia mengelap bibirnya yang sedikit kotor. "Maaf, bolehkah kami menginap di sini? Kami tidak ada tempat lain untuk bersembunyi. Ketiga anak ini harus selamat."

Nona Ra mengangguk ramah, kemudian ia tersenyum. "Tentu saja boleh, tempat ini merupakan tempat umum dan siapapun boleh menempatinya."

Kami mengembuskan napas lega, setidaknya kami bisa bersembunyi. Tapi kami tidak bisa tenang, cepat atau lambat pasti Flens akan menemukan kami.

"Ngomong-ngomong, bagaiman dengan negeri kalian? Dan bagaimana pula kalian bisa sampai di sini?" Nona Ra kembali membuka topik dan kini, ia menanyakan negeri kami. Bumi.

Sams menghentikan aktivitas makannya, dia minum dan membersihkan bibir. Dia akan bercerita.

"Negeri kami sangat berbeda dengan negeri Samesa ini. Negeri kami memiliki pemimpin yang sangat menghargai rakyatnya. Negeri kami belum semaju negeri ini. Bagi kami, emas sangatlah berharga bagi kami. Tidak seperti di sini. Semua benda yang ada di sini terbuat dari emas."

Sams menjeda perkataannya. Dia menghirup napas lalu mengembuskannya. "Mungkin gelas ini akan sangat berharga di negeri kami. Jika benda ini di jual, kami bisa kaya raya." Dia terkekeh mendengar ceritanya sendiri.

Aku mencubit lengannya. "Kamu jangan main-main!" peringatku dengan suara kecil. Menggunakan bahasa bumi.

Dia hanya meringis, kembali melanjutkan ceritanya.

"Di negeri kami, belum ada hologram, rednilis ataupun gnirip yang bisa dibilang sangat praktis dalam menggunakannya. Kami masih menggunakan sosial media untuk berkomunikasi. Menggunakan mobil ataupun motor untuk berpergian. Dan hey, jangan lupakan kemacetan yang terjadi di negeri kami.

"Tapi setidaknya kami masih bisa merasakan apa itu kasih sayang. Masih merasakan bagaimana kita bisa dihargai oleh pihak yang kedudukannya di atas kami. Kami bisa bermain tanpa ada kekangan dan kami bisa memiliki saudara lebih dari satu."

Aku menggelengkan kepalaku takjub. Ternyata Sams memiliki bakat tersembunyi. Selain bakatnya yang bermalas-malasan ia juga pandai bercerita. Dan aku kagum dengannya.

"Semua berawal saat aku menerima surat dari Blake." Kini giliran aku yang bercerita. Mataku menoleh ke semua audience, mereka terlihat menunggu ceritaku tapi tidak dengan tuan Hap. Ada yang aneh, dia mengelus tengkuknya dan sepertinya ia salting.

"Aku hendak pergi sendiri. Tapi Sherly mengetahuinya. Jadilah kami pergi berdua. Tapi tidak disangka Sams juga membuntuti kami. Dengan liciknya di sembunyi di balik tumpukan meja dan bangku gudang belakang sekolah." Sams meringis mendengar ceritaku.

"Blake datang, begitu terkejutnya aku ketika melihat wajahnya. Dia sangat menyeramkan. Dia menyambut kami, mengatakan bahwa aku adalah keturunan negeri Samesa dan Sherly merupakan keturunan negeri Karepka."

"Aku kira kedatangannya ada niat baik, tapi aku salah menduga. Dia memaksaku untuk ikut bersamanya. Dengan cepat aku menolak, hingga Miss Leona datang dan menyelamatkan kami. Dia kenal Blake, begitupun sebaliknya.

"Perdebatan tak terelakkan, hingga berujung di pertarungan. Dan di saat itulah, kami diperintah meninggalkan gudang tersebut, kami pergi ke kamarku, mencari pintu taleport di bawah kasurku. Kami masuk, dan akhirnya kami sampai di negeri ini."

Aku mengembuskan napas ketika selesai bercerita. Nona Ra tersenyum, Sherly mengernyitkan dahi, Sams mendengus, dan tuan Hap? Entahlah, dia terlihat aneh.

Anak-anak mulai masuk ke dalam ruangan ini, mereka telah selesai bermain.

"Hey! Kita terlalu asyik bercerita. Hingga kita lupa Sekarang pukul berapa. Sekarang saatnya kita istirahat. Aku memiliki beberapa kamar yang masih kosong dan kalian bisa menempatinya." Nona Ra beranjak berdiri, menghampiri anak-anak yang berhamburan mulai kembali, mereka menunjuk dinding dan seketika, mereka telah berada di tempat yang ditunjuk.

"Keren, Na!" Sams berseru.

Aku hanya bergumam, kembali mengamati nona Ra. Dia berjalan ke arah kami.

Wanita tua itu mengayunkan tangannya dan dua buah kunci muncul di depan kami. "Kalian, istirahatlah. Lemparkan kunci itu dan kalian akan sampai di ruangan kalian. Selamat malam."

Nona Ra melayangkan kakinya pergi ke arah barat.

Kami saling tatap, kemudian mengangkat bahu bersamaan.

"Sudahlah, aku yang akan mencobanya terlebih dahulu." Sams mengambil kunci itu dan melemparkannya ke atas.

Ting! Tubuh Sams dan tuan Hap menghilang. Sherly terlihat terkejut.

"Kita juga harus mencobanya, Sher." Aku mengambil kunci berujung bintang itu. "Siap?"

Sherly mengangguk, aku melemparkan kunci itu, dan ting! Kami telah menghilang, dan berpindah ke sebuah ruangan.

Selamat malam.

To be Continued

A/n : Hey hey hey!! Author kembali nih...

Maaf ya kemarin-kemarin nggak updet, auhtor lagi males ngetik soalnya..

Semoga kalian suka, dan see you...

Salam

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang